NEW YORK, (Panjimas.com) – Wilayah Jalur Gaza yang diblokade saat ini sedang tenggelam dalam bencana kemanusiaan, demikian menurut seorang profesor ilmu politik dan penulis terkemuka, Selasa (30/01), saat memberikan pidato ilmiahnya di Columbia University, New York.
“Gaza sekarang ini sedang tenggelam dalam bencana kemanusiaan yang nyata, tertutup dari dunia luar dan dengan cepat dan secara harfiah situasi ini menjadi tidak dapat dipercaya,” pungkas Norman Finkelstein, seorang profesor ilmu politik yang telah menulis beberapa buku termasuk buku berjudul “The Holocaust Industry” dan “Method and Madness”, dilansir dari Anadolu Ajensi.
Finkelstein mengatakan bahwa Israel telah melakukan “kejahatan perang” di Palestina.
Ia pun menambahkan bahwa lebih dari 1.400 warga sipil telah meninggal dunia di sana sejak tahun 2014.
Profesor ini juga mengkritik keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang kemudian memicu protes dan demonstrasi global di wilayah Palestina, dan menuai berbagai kecaman di dunia Islam dan dunia internasional.
“Itu hanya dibuat oleh satu orang, yaitu Trump, Itu tidak memiliki investasi institusional di belakangnya, saya rasa ini tidak akan banyak memiliki konsekuensi. Ini memiliki efek sebaliknya. Masyarakat internasional mengatakan ‘kita tidak akan menerimanya’,” tandas Finkelstein.
Status Yerusalem telah lama dianggap sebagai isu terakhir yang harus ditentukan dalam perundingan damai Israel-Palestina dan keputusan Trump secara luas dipandang sebagai penghalang kesepahaman sejak lama.
Rancangan resolusi PBB tersebut menegaskan bahwa isu Yerusalem adalah status akhir yang harus diselesaikan melalui perundingan langsung antara Palestina dan Israel, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan yang relevan.
Wilayah Yerusalem Timur berada dalam pendudukan Israel sejak 1967, sementara rakyat Palestina terus berjuang untuk mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota negaranya.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Pada bulan April, Rusia mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, yang mengungkapkan harapan bahwa separuh bagian timur kota Yerusalem pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota Palestina
Khususnya, dalam pengumumannya pekan lalu, Trump menekankan bahwa pemerintahannya belum mengambil posisi mengenai “batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem”.[IZ]