GAZA, (Panjimas.com) – Para karyawan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA), Badan Kerja dan Bantuan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina menggelar aksi demonstrasi di Jalur Gaza Senin (29/01) dalam rangka memprotes pemotongan dana bantuan A.S. baru-baru ini.
Direktur Operasi UNRWA Matthias Schmale, bersama dengan beberapa pemimpin faksi politik Palestina turut berpartisipasi dalam aksi demonstrasi tersebut, yang diadakan di luar kantor pusat UNESCO di kota Gaza.
“Kami di sini untuk menyuarakan kemarahan kami atas ketidakadilan yang diderita oleh pengungsi Palestina,” tegas Amir al-Mishal, Kepala Dinas UNRWA, saat berorasi di hadapan para pengunjuk rasa.
Pemotongan dana A.S. baru-baru ini akan mencabut pelayanan terhadap sekitar 6 juta pengungsi Palestina yang sangat membutuhkan layanan publik.
Al-Mishal kemudian mendesak Badan Pengungsi PBB untuk menolak apa yang dia sebut sebagai “pemerasan politik”, “political blackmail”.
“Pendanaan UNRWA adalah kewajiban moral yang harus dipertahankan sampai isu penyelesaian masalah Palestina terselesaikan,” pungkasnya.
2 pekan lalu, Washington mengumumkan rencana untuk menahan bantuan 65 juta dolar kepada UNRWA “sampai pertimbangan lebih lanjut”.
UNRWA menyediakan layanan kepada sekitar 5,9 juta pengungsi Palestina di wilayah Palestina, Yordania, Libanon dan Suriah.
Total kontribusi A.S. kepada UNRWA pada tahun 2017 mencpaai lebih dari $ 350 juta dollar.
Pemotongan dana A.S. terjadi selang satu bulan setelah Presiden A.S. Donald Trump memicu kecaman dunia internasional pasca secara resmi mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pemotongan dana bantuan AS ke UNRWA akan mempengaruhi mata pencaharian ribuan keluarga pengungsi Palestina di Jalur Gaza yang diblokade.
Amerika Serikat, sebagaimana diketahui merupakan penyumbang terbesar untuk UNRWA. pada 16 Januari lalu, AS mengumumkan bahwa pihaknya akan menahan $ 65 juta dollar dari total $ 125 juta dollar yang direncanakan akan disalurkan ke Badan Pengungsi Palestina UNRWA bulan ini.
UNRWA, didirikan pada tahun 1949, badan ini didanai hampir seluruhnya oleh sumbangan sukarela dari negara-negara anggota PBB.
UNRWA terutama menyediakan layanan dan dana bantuan mereka untuk para pengungsi Palestina di wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Libanon dan Suriah.
Hampir seluruh penduduk Palestina di wilayah Jalur Gaza menerima pasokan bantuan dari UNRWA.
Status Yerusalem telah lama dianggap sebagai isu terakhir yang harus ditentukan dalam perundingan damai Israel-Palestina dan keputusan Trump secara luas dipandang sebagai penghalang kesepahaman sejak lama.
Rancangan resolusi PBB tersebut menegaskan bahwa isu Yerusalem adalah status akhir yang harus diselesaikan melalui perundingan langsung antara Palestina dan Israel, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan yang relevan.
Wilayah Yerusalem Timur berada dalam pendudukan Israel sejak 1967, sementara rakyat Palestina terus berjuang untuk mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota negaranya.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Pada bulan April, Rusia mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, yang mengungkapkan harapan bahwa separuh bagian timur kota Yerusalem pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota Palestina
Khususnya, dalam pengumumannya pekan lalu, Trump menekankan bahwa pemerintahannya belum mengambil posisi mengenai “batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem”.[IZ]