KINSHASA, (Panjimas.com) – Lebih dari 800.000 anak-anak terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka akibat konflik antara tentara dan milisi-milisi di wilayah Timur Republik Demokratik Kongo, demikian menurut Badan Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Kamis (25/01).
“DRC menghadapi salah satu krisis pengungsian anak terbesar di dunia,” ujar UNICEF dalam pernyataannya, dikutip dari AA.
Sebanyak 800.000 anak-anak yang terpaksa melarikan diri berada di Provinsi Kivu Selatan dan Tanganyika, jelas UNICEF.
Badan Anak PBB tersebut menambahkan bahwa dana sebanyak $ 65 juta dollar dibutuhkan untuk membantu anak-anak Kongo ini dalam jangka enam bulan ke depan.
“Anak-anak di DRC Timur terus mengalami konsekuensi berbahaya akibat gelombang kekerasan yang mengacaukan wilayah ini,” pungkas Tajudeen Oyewale, perwakilan UNICEF di DRC [Republik Demokratik Kongo].
”Ratusan ribu anak di wilayah ini tidak lagi memiliki akses terhadap perawatan kesehatan dan pendidikan”, tandasnya.
Anak-anak Kongo juga direkrut oleh kelompok bersenjata untuk berperang, menurut paparan UNICEF.
UNICEF mengatakan ribuan anak-anak Kongo ini sangat berisiko mengalami gizi buruk akibat gelombang kekerasan yang mencegah masyarakat mengakses lahan pertanian mereka.
UNICEF menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut untuk menjamin akses terhadap bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak.
Sedikitnya 400.000 anak-anak di wilayah Kasai, DRC [Republik Demokratik Kongo] yang bergejolak akibat konflik terancam mati kelaparan, imbuh UNICEF pada Desember lalu.
Republik Demokratik Kongo juga mengalami rentetan gelombang aksi demonstrasi saat pihak oposisi menyalahkan Joseph Kabila karena Ia menghindari pemilihan, dan memperpanjang masa jabatannya melalui cara ilegal.
Terdapat beberapa kelompok milisi di DRC Timur yang seringkali menyerang desa, mencuri makanan, obat-obatan dan harta benda lainnya.[IZ]