MOSKOW, (Panjimas.com) – Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura akan menghadiri pertemuan puncak yang direncanakan mengenai konflik Suriah di kota pesisir Sochi, Rusia.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres diberikan pengarahan singkat oleh de Mistura, dan akhirnya “telah memutuskan untuk menerima undangan Federasi Rusia untuk mengirim seorang perwakilan untuk menghadiri Kongres Sochi,” ujar Stephane Dujarric, juru bicara PBB, dalam pernyataannya, dikutip dari AA.
“Sekretaris Jenderal PBB yakin bahwa Kongres di Sochi akan menjadi kontribusi penting bagi proses perundingan internal-Suriah yang dihidupkan kembali di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa,” pungkas Dujarric menambahkan.
Sebelumnya Sabtu (27/01), Komite Negosiasi Tinggi Oposisi Suriah (HNC) mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan Sochi tersebut.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Ketua HNC Nasir Hariri pasca pertemuan selama 2 hari dalam rangka pembahasan mengenai Suriah yang diadakan di ibukota Austria, Wina.
Dalam konferensi pers, Nasir Hariri mengatakan bahwa waktu bagi pihak internasional menguji tekad rezim Bashar al-Assad menuju transisi politik kini telah berakhir.
Hariri mengatakan bahwa HNC telah memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan Sochi setelah mengadakan konsultasi selama pertemuan 2 hari di Wina.
“Orang-orang kami telah menyarankan untuk tidak menghadiri perundingan Sochi,” pungkasnya.
Ketua HNC itu juga menambahkan bahwa HNC akan mempertahankan negosiasi transisi politik mengacu pada perundingan Jenewa.
Ketika Ia ditanya tentang operasi Militer Turki yang sedang berlangsung melawan kelompok teroris PYD / PKK di kota Afrin, Suriah Utara, Nasir Hariri mengatakan: “PYD, sebelum Turki, terutama merupakan masalah bagi rakyat Suriah. Mereka memiliki militan bersenjata dan telah melakukan berbagai pelanggaran terhadap warga sipil.”
Hariri menekankan bahwa HNC menentang keberadaan setiap organisasi teroris.
Untuk diketahui, Negara penjamin Rusia, Iran dan Turki, bersepakat untuk mengadakan perundingan damai mengenai konflik Suriah di kota Sochi Rusia bagian Selatan pada 29-30 Januari mendatang.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]