Jakarta (Panjimas.com) – Sistem perwakafan ini akan memiliki dampak yang luar biasa. Jika suatu saat terkumpul uang triliunan rupiah, PT KAI pun bisa dibeli sahamnya. Tentunya, yang risk nya paling kecil.
“Ketika saham kereta api itu dibeli, maka kereta api ada harta wakafnya. Siapa yang naik kereta api berarti dia ikut membesarkan wakaf,” kata Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI), Mohammad Nuh kepada wartawan disela-sela Rapat Kerja BWI di Gedung Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Kemudian, wakaf pun bisa membeli ruas jalan tol. “Kita investasi sekian triliun. Bahkan bisa juga beli saham Telkom. Diinvestasikan pada yang jelas dan risknya paling kecil, tapi keuntungannya agak besar. Jadi nanti wakaf akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat,” kata Nuh.
M Nuh berharap, hasil dari wakaf itu ditujukan untuk kesejahteraan. Umat pun terangkat perekonomiannya. Sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, juga terangkat martabatnya. “Jadilah kita umat yang gagah, gitu loh.”
Wakaf itu bisa untuk infrastruktur juga? M Nuh mengatakan, prinsipnya wakaf itu bisa untuk kesejahteraan umum. Apa saja. Misalnya, membangun ruas jalan tol, wakaf diinvestasi dengan perhitungan yang jelas. Sepanjang halal dan sesuai dengan syariat. Termasuk wakaf untuk pemotongangan hewan, asal bukan babi.
Saat ini banyak lembaga wakaf, adakah regulasi untuk mengaturnya? Misalnya, bagaimana jika nadzir tidak mengelola wakaf dari pewakif? M Nuh menjelaskan, kita perlu tata semua. “Karena, kalau anda menaruh wakaf di lembaga A, harapannya kan bisa dikelola dengan baik, tumbuh dan seterusnya. Kalau yang mengelola si nazirnya tidak jelas, ya itu perkara tersendiri.”
M Nuh menegaskan, diperlukan programnya penguatan nazir, Nazir atau pengelola ini harus dikuatkan dari sisi keuangan agar bisa mempertanggungjawabkan semua. Dari sisi kreativitas dan inovasi juga bisa ditambahkan.
Penguatan nazir yang dimaksud, kata M Nuh, jika ternyata belum bisa mengelola uang dari 1000 menjadi 10.000. Ya dilatih disitu. seperti apa cara memutar uang. bagaimana nilainya bisa meningkat.
Saat ini BWI harus kreatif, dana yang didapatkan tidak hanya dari pemerintah. Kita ketahui, anggaran dari pemerintah itu terbatas. Itulah sebabnya, BWI harus kreatif. (ass)