TRIPOLI, (Panjimas.com) – Pasukan yang loyal kepada Komandan Khalifa Haftar, yang didukung oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berbasis di Tobruk, Libya, memulai operasi militer Kamis (18/01) lalu menumpas Gerakan Keadilan dan Persamaan (Justice and Equality Movement), yang memerangi pemerintah Sudan di wilayah Darfur.
Menurut pernyataan tertulis yang dirilis salah satu personil pasukan Khalifa Haftar, yakni Komandan Zona Militer Kufra, Al-Mabrouk Al-Gazwi, sebuah operasi bernama “Rage of Desert” telah diluncurkan untuk memerangi kelompok militan Gerakan Keadilan dan Persamaan, dilansir dari Anadolu.
Khalifa Haftar adalah Komandan pasukan yang loyal kepada pemerintahan tandingan yang berbasis di Tobruk di Libya Timur.
Selama operasi tersebut, pesawat tempur pasukan Haftar menjatuhkan bom-bom ke kendaraan militan “Justice and Equality Movement” tersebut dan membunuh beberapa militan, ujar Al-Mabrouk Al-Gazwi dalam pernyataannya.
Gawzi menyebutkan bahwa patroli-patroli yang ditempatkan di beberapa daerah akan mencegah kegiatan ilegal para gerilyawan di padang pasir.
Gazwi juga menyatakan bahwa operasi militer pasukannya akan berlanjut hingga militan Gerakan Keadilan dan Persamaan – yang ditempatkan di wilayah Tenggara Libya – berhasil ditumpas dan keamanan dapat stabil.
Sejak tahun 2003, 2 gerakan pemberontak utama yakni Gerakan Pembebasan Sudan “Sudan Liberation Movement“ dan Gerakan Keadilan dan Persamaan “Justice and Equality Movement”, telah memerangi pemerintah Sudan di Darfur.
Pergerakan kedua kelompok militan tersebut dikerahkan di wilayah padang pasir antara wilayah Sudan dan Libya.
Libya telah dilanda gejolak sejak 2011, saat sebuah pemberontakan berdarah berakhir dengan penggulingan dan pembunuhan pemimpin karismatik Muammar Gaddafi.
Setelah penggulingan Gaddafi, perpecahan politik di Libya menghasilkan 3 kekuatan rival dalam pemerintahan – yang salah satunya berbasis di kota Tobruk, Libya Timur – dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing.
Negara kaya minyak di Afrika Utara itu kini tetap bergolak, dengan perpecahan politik negara tersebut yang menghasilkan setidaknya tiga kursi pemerintahan yang berbeda dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing, termasuk satu di Tobruk dan satu lagi di Tripoli, serta sejumlah besar kelompok milisi bersenjata.[IZ]