DOHA, (Panjimas.com) – Ikatan Ulama dan Cendekiawan Muslim Internasional, International Union of Muslim Scholars (IUMS) Rabu (17/01) lalu mendesak pembebasan para Ulama, Cendekiawan Muslim dan Dai yang ditahan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE).
Dalam pernyataannya IUMS menyatakan bahwa situasi penahanan dan kriminalisasi para Ulama menanggapi situasi sekelompok Dai dan Ulama senior yang kini mendekam di penjara-penjara Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE), yang dipenjarakan tanpa dalih kejahatan apa pun, namun untuk membungkam pendapat-pendapat mereka, dilansir dari Anadolu.
Pernyataan IUMS tersebut disampaikan setelah putra salah satu tokoh Muslim yang ditahan, Syaikh Salman al-Awdah, seorang Ulama Muslim terkemuka dan anggota Dewan Pengawas IUMS, mengumumkan bahwa ayahnya telah dipindahkan ke Rumah Sakit, selang empat bulan setelah Ia ditahan.
Syaikh Salman Al-Awdah ditangkap pada tanggal 10 September 2017 sebagai bagian dari operasi penangkapan yang melibatkan sejumlah Ulama, Cendekiawan dan penulis, termasuk Syaikh Aaidh al-Qarni dan Syaikh Ali al-Omari.
Sehari setelah penangkapan tersebut, pihak berwenang Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya telah menahan sekelompok orang yang bekerja “untuk kepentingan pihak asing yang mengancam keamanan dan kepentingan kerajaan”, tanpa menentukan apakah Syaikh Salman al-Awda serta Ulama dan Dai lainnya termasuk di antara para tahanan.
Para aktivis melalui Twitter mengatakan bahwa penangkapan tersebut terkait erat dengan latar belakang sikap mereka yang bertentangan dengan pemerintah Kerajaan Saudi dan UEA mengenai krisis Teluk yang meletus Juni 2017 lalu.
Human Rights Watch (HRW) pada 7 Januari lalu, mengutip pernyataan seorang kerabat Syaikh Salman al-Awda yang mengatakan bahwa pihak berwenang Saudi tidak menginterogasi para Ulama dan Cendekiawan tersebut atau bahkan menetapkan tuduhan terhadapnya, namun pihak berwenang Saudi tetap memenjarakan mereka dalam kurungan isolasi.
Kerabat Syaikh Salman Al-Awda menambahkan bahwa penangkapan tersebut terjadi setelah Syaikh al-Awda tidak menanggapi instruksi dari otoritas Saudi untuk menegaskan melalui akun Twitternya untuk mendukung kebijakan mengisolasi Qatar dan malah mengunggah kicauan untuk mendukung rekonsiliasi diantara negara-negara Teluk.
Menurut HRW, Syaikh Salman al-Awda adalah satu dari puluhan penulis dan Ulama yang dinilai sebagai pembangkang, Mereka kemudian ditahan sejak pertengahan September tahun lalu, yang jumlahnya diperkirakan melebihi 60 tokoh.
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Riyadh terhadap pernyataan HRW.
Juni lalu, Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dan ekonominya dengan Qatar, serta menuduhnya mendukung kelompok-kelompok teroris di wilayah tersebut. Sementara itru, Qatar membantah tuduhan tersebut, dan menjelaskan upaya-upaya untuk mengisolasinya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.[IZ]