JAKARTA (Panjimas.com) – Keputusan sepihak AS terkait pemindahan ibukota Israel ke Yerusalem atau Al-Quds memantik kembali krisis Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama lima dekade.
Reaksi protes maupun kecaman secara keras dilayangkan oleh warga Palestina dan dunia, termasuk Indonesia. Peristiwa tersebut juga memicu konsolidasi filantropi yang kuat dari rakyat Indonesia.
Bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT), empati dan kepedulian bangsa Indonesia untuk Palestina kembali disalurkan. Bantuan kemanusiaan yang lebih massif berupa 10.000 ton beras untuk warga Palestina segera dilayarkan melalui Program Kapal Kemanusiaan. Tidak hanya beras, bantuan pangan lain seperti gula dan tepung juga turut diangkut oleh Kapal Kemanusiaan Palestina.
Bantuan pangan menjadi prioritas pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Pasalnya, pangan menjadi kebutuhan pokok yang dibutuhkan mendesak oleh warga Palestina. Seperti yang diketahui sebelumnya, pasang-surut tindakan represif sepihak Israel baik langsung maupun melalui lobi zionisme, dari tahun ke tahun semakin memperburuk kondisi warga Palestina. Tak hanya di YerusalemTimur, tapi juga di Gaza.
Berpuluh tahun, meski berada di Tanah Air nya sendiri, mereka hidup dalam serba keterbatasan. Populasi Gaza yang saat ini berkisar kurang dari 2 juta jiwa, lebih dari 80% warganya hidup dalam kesulitan ekonomi, sosial ter masuk pangan.
Sejauh ini mereka hidup serba terbatas dan mengandalkan bantuan dari dunia luar. Hingga kini, ada lebih 200.000 keluarga di Gaza yang memerlukan bantuan kemanusiaan. Diperkirakan volume 10.000 ton bantuan pangan tersebut mampu memberi dukungan logistic bagi warga Palestina yang membutuhkan.
Presiden ACT Ahyudin menyampaikan, Kapal KemanusiaanPalestina (KKP) merupakan sekuel kolaboratif masyarakat, pelaku usaha, dan relawan kemanusiaan.Seperti dua Kapal Kemanusiaan yang telah mengirimkan bantuan pangan untuk korban kelaparan di Afrika dan pengungsiRohingya di Bangladesh, KKP melibatkan ikhtiar besar bangsa Indonesia.
Yang membuatnya berbeda dari proyek KK sebelumnya, KKP telah membangkitkan kepedulian global. Sejauh ini, beberapa negara di Eropa dan Asia Tenggara telah menyatakan komitmennya untuk ikut mendukung proyek ini. Hal ini membuktikan bahwa kebangkitan filantropi global telah bersatu untuk mengatasi problem Palestina.
“KKP juga menjadi piranti pemersatu bangsa-bangsa merdeka, bangsa-bangsa berdaulat, untuk mendorong kemerdekaan Palestina. Ada spirit kemerdekaan untuk Palestina di setiap kepal beras yang dikapalkan ke Palestina.KKP, pembawa pesan dunia untuk kemerdekaan Palestina, sarana mengekspresikan kolaborasi untuk kemerdekaan,” tegasAhyudin.
Insya Allah, KKP akan diberangkatkanpada 21 Februari (21/2) mendatang. Insan Nurrohman selaku Vice President ACT memaparkan, KKP akan membawa 10.000 ton bantuan pangan tersebut secara bertahap dalam rentang 6 bulan kedepan. Bantuan ini diperkirakan akan masuk melalui Gaza, termasuk opsi tambahan melalui wilayah Tepi Barat atauYerusalem.
“KKP akan kembali menggandeng Samudera Indonesia sebagai mitra pelayaran proyek kemanusiaan besar ini .Opsi-opsi jalur pelayaran dan jalur distribusi tengah dimatangkan, bersaman dengan beberapa inisiasi audiensi dengan Kedutaan Besar Mesir dan Palestina di Indonesia,” jelasInya.
Sebelum memberangkatkan Kapal Kemanusiaan yang mengangkut 10.000 ton bantuan pangan, ACT telah terlebih dahulu menyalurkan bantuan langsung kepada warga Palestina yang tak lelahnya membela Tanah Air mereka. Selama lebih dari sebulan, amanah kepedulian masyarakat Indonesia terus disalurkan dalam bentuk Dapur Umum di beberapa wilayah di Palestina, layanan medis gratis serta bantuan air bersih di Gaza. []