JENEWA, (Panjimas.com) – Lebih dari 5.000 pengungsi Republik Afrika Tengah (CAR) dilaporkan telah tiba di Chad sejak pekan lalu. Ribuan pengungsi tersebut terpaksa melarikan diri dari pertempuran antar kelompok bersenjata di Republik Afrika Tengah (CAR), demikian menurut Badan pengungsi PBB, UNHCR, Jumat (05/01).
Sekitar 5.600 pengungsi telah tiba sejak 27 Desember lalu ketika pertempuran dimulai antara kelompok bersenjata – Mouvement nasional pour de liberation de la Centrafrique (MNLC) dan Revolution et Justice (RJ) – di kota Paoua, wilayah Barat CAR, ujar Juru Bicara UNHCR Babar Baloch dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.
Menurut PBB, Chad menampung total sebanyak 538.000 pengungsi dari negara-negara tetangga dan lebih dari 75.000 jiwa di antaranya berasal dari CAR (Republik Afrika Tengah).
UNHCR mencatat bahwa kekerasan bersenjata dan serangan terhadap kemanusiaan dan pasukan penjaga perdamaian di wilayah CAR, telah mendorong jumlah pengungsi internal dari 400.000 jiwa pada bulan Mei menjadi 600.000 jiwa pada akhir tahun 2017.
“Jumlah pengungsi dan warga internal terdampak ini adalah yang tertinggi yang pernah tercatat untuk CAR – hampir seperempat (1/4) dari total populasinya sekitar 4,6 juta,” imbuhnya.
Sejak 2013, ribuan warga terbunuh dalam konflik sektarian di negara tersebut, sementara ribuan warga lainnya terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Kamerun dan Chad.
Dalam laporannya tahun 2015, Amnesty International (AI) memperkirakan bahwa lebih dari 5.000 jiwa, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, tewas terbunuh dalam kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah meskipun disana terdapat pasukan internasional.
Milisi Muslim Seleka Versus Milisi Kristen Anti-Balaka
Kekerasan meletus di Republik Afrika Tengah pada tahun 2013, ketika Muslim Seleka menuntut keadilan kemudian menggulingkan Presiden Francois Bozize, seorang Pemimpin Kristen, yang kemudian berkuasa setelah melancarkan kudeta pada tahun 2003.
Pertarungan sengit terus berlanjut antara Muslim Seleka dan pemberontak Kristen.Anti-Balaka
Milisi Anti-Balaka terdiri dari penduduk di bagian Selatan dan Barat negara ini, yang kebanyakan memeluk Kristen. Kelompok pemberontak mengidentifikasi dirinya sebagai Milisi Kristen.
Milisi Kristen ini muncul pada tahun 2013 sebagai kelompok pertahanan diri untuk melawan Milisi Muslim Seleka yang menggulingkan Bozize, dan didominasi oleh para pendukungnya.
Beberapa mantan anggota Angkatan Bersenjata Nasional yang tetap loyal kepada Bozize bergabung menjadi anggota Milisi Kristen Anti-Balaka.
Seleka adalah sebuah Aliansi dari beberapa kelompok bersenjata dari bagian Timur Laut yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Hampir setengah dari jumlah penduduk negara bergantung pada bantuan kemanusiaan, demikian menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, UN Office of Coordination for Humanitarian Affairs.[IZ]