RAMALLAH, (Panjimas.com) – Sepanjang Tahun 2017, Tentara Israel tercatat menahan 6.742 warga Palestina di wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat, demikain menurut organisasi Palestina, Ahad (31/12).
Dalam pernyataan bersama yang disampaikan, beberapa organisasi yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yakni Komite Tahanan Palestina dan Urusan Narapidana, Komite Tahanan Palestina, Dukungan Tawanan dan Asosiasi Hak Asasi Manusia, dan Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan melaporkan bahwa penangkapan pada tahun 2017 terhadap warga Palestina itu mencakup 1.467 anak-anak, 156 perempuan, 14 anggota Dewan Legislatif Palestina dan 25 wartawan, dilansir dari Anadolu.
Pernyataan bersama organisasi terkait PLO tersebut juga menyebutkan bahwa sebagian tahanan kemudian dibebaskan.
Ahad (31/12), terdapat 6.950 tahanan Palestina, termasuk 359 anak–anak, 22 wartawan dan 10 anggota parlemen, yang mendekam di penjara-penjara Israel, imbuhnya.
Selain itu, sekitar 450 tahanan dipenjarakan di bawah kebijakan “penahanan administratif”.
Di bawah kebijakan penahanan administratif, warga Palestina dapat ditahan tanpa proses pengadilan untuk periode mulai dari 6 bulan hingga 1 tahun.
Pasukan zionis Israel seringkali menyerang rumah-rumah warga Palestina di Tepi Barat serta menahan warga Palestina setempat, dengan mengklaim bahwa mereka ada dalam daftar pencarian orang [DPO] Badan Keamanan Israel.
Pernyataan tersebut juga menyebutkan 2.436 warga Palestina, sepertiga di antaranya adalah anak-anak, yang ditangkap di kota Yerusalem.
Ketegangan meningkat di wilayah Palestina sejak 6 Desember, ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota Israel, yang kemudian memicu gelombang aksi demonstrasi di Tepi Barat dan Gaza.
Sejak saat itu, setidaknya 14 warga Palestina gugur menjadi martir – sementara ribuan korban lainnya luka-luka akibat bentrokan sengit dengan pasukan zionis Israel.
Sedikitnya 535 orang termasuk 47 anak-anak mengalami luka-luka dan 14 ambulans rusak akibat tembakan senjata Israel, ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Kudra, Ahad (17/12).
Selama rentetan demonstrasi itu, Tentara Israel dilaporkan menggunakan timah panas terhadap warga Palestina.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Pada bulan April, Rusia mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, yang mengungkapkan harapan bahwa separuh bagian timur kota Yerusalem pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota Palestina
Khususnya, dalam pengumumannya pekan lalu, Trump menekankan bahwa pemerintahannya belum mengambil posisi mengenai “batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem”.[IZ]