IDLIB, (Panjimas.com) – Sedikitnya sembilan warga sipil meregang nyawa akibat serangan udara rezim Assad di Provinsi Idlib, Suriah Barat Laut, Ahad (31/12).
Pesawat tempur dan helikopter rezim Assad menargetkan daerah pedesaan di bagian Selatan Provinsi Idlib serta daerah bagian Timur Provinsi Hama.
“Tujuh orang tewas di Kafrsajna dan 2 lainnya terbunuh di Desa Maar Tahroma,” ujar Mustafa Hajj Yusuf, Kepala Pertahanan Sipil Suriah pro-oposisi (White Helmets) di Provinsi Idlib.
Hajj Yusuf menunjukkan bahwa tim pertahanan sipil berusaha memadamkan api yang menyebar di Desa Al-Haluba, Idlib.
Wilayah Idlib berada dalam jaringan zona de-eskalasi yang disokong oleh Turki, Rusia, dan Iran – di mana tindakan agresi militer dilarang secara eksplisit.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Idlib, yang terletak di Suriah bagian Barat Laut di perbatasan Turki, menghadapi serangan hebat yang dilancarkan rezim Assad setelah perang berkecamuk yang dimulai pada tahun 2011.
Sejak Maret 2015, Idlib tidak lagi berada di bawah kendali rezim Assad dan didominasi oleh kelompok oposisi militer dan organisasi bersenjata anti-rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]