Depok (Panjimas.com) – Selama 10 tahun terakhir adalah masa paling mengenaskan bagi nasib bangunan-bangunan bersejarah di Depok, Jawa Barat. Situs-situs sejarah yang mayoritas heritage dari abad 18 dan 19 itu secara berturut-turut dihancurkan. Depok gencar membangun, tetapi diarahkan oleh pemerintahnya sebagai kota tanpa ingatan, tanpa masa lalu.
“Setelah perusakan Rumah Pondok Cina, lalu penghancuran Rumah Pembakar Kapur, kini santer berita sebuah proyek infrastruktur raksasa pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) mengancam situs sejarah Rumah Cimanggis,” ungkap pemerhati sejarah Betawi, JJ Rizal dalam siaran pers yang diterima Panjimas, Selasa (2/1/2018).
Ini contoh terbaik dan satu-satunya yang tersisa di Depok dari rumah peristirahatan atau land huizen pejabat VOC di pinggiran Batavia dengan arsitektur paling artistik gaya pertemuan unsur kebudayaan tropis Jawa dengan unsur gaya klasisisme kebudayaan Eropa dari masa Louis XV.
Masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Sejarah Depok menolak bukan saja karena Rumah Cimanggis adalah situs sejarah, tetapi juga ruang terbuka hijau dan resapan sekaligus retensi air untuk menahan run off air, sehingga jika hujan di Puncak, Bogor, Depok maka beban air ke Jakarta bisa dikurangi.
Komunitas Betawi Kita bersama dengan pegiat komunitas sejarah lainnya mengajak pembaca untuk membuat petisi bersama, sekaligus mengundang saudara semua untuk Bersepeda dan Jalan Santai Bareng Komunitas Sejarah Depok menuju Rumah Cimanggis, pada hari Ahad, 7 Januari 2018, jam 07.00-10.00 WIB.
Dalam acara tersebut JJ Rizal (Sejarawan) dan Farah Diba (Ketua DHC) akan bercerita tentang Cerita Sejarah Rumah Cimanggis disertai tanya jawab.
Berikut petisinya: SELAMATKAN RUMAH TUA CIMANGGIS, DEPOK ABAD 18 di change.org. ( https://www.change.org/p/presiden-jokowi-wakil-presiden-jusuf-kalla-menteri-agama-lukman-h-syaifuddin-dan-walikota-depok-selamatkan-rumah-tua-cimanggis-stop-membangun-tanpa-mempedulikan-sejarah ). (ass)