IDLIB, (Panjimas.com) – Para penduduk Suriah yang telah dievakuasi dari wilayah Aleppo, kini berlindung di kamp-kamp pengungsian yang dibangun di Idlib. Kamp-kamp pengungsian itu berada di dekat perbatasan Turki-Suriah, para pengungsi tersebut kemudian melanjutkan hidup dengan harapan besar dapat kembali ke rumahnya di Aleppo.
Para penduduk Kamp Nour, yang didukung oleh organisasi bantuan lokal, saat diwawancarai Anadolu Agency Ahad (17/12) lalu menuturkan bahwa mereka sangat merindukan kampung halamannya, dan bulan ini bertepatan dengan 1 tahun proses evakuasi mereka dari Aleppo.
“Setelah pengepungan yang terus berlanjut selama berbulan-bulan, kami terpaksa meninggalkan Aleppo, tetapi kami akan kembali, saya kehilangan rumah saya, tanah air dimana saya dan anak-anak dibesarkan, saya tidak akan pernah menyerah pada Aleppo,” tutur Ahmad Dado, salah seorang warga kamp Nour.
Tercatat bahwa tidak ada bantuan yang dikirim ke kamp tersebut selama beberapa bulan, “Anak-anak kami tentu akan memanfaatkan bantuan-bantuan yang dikirim ke perkemahan atau kamp kami, tetapi kini mereka tidak lagi tersenyum. Kami berada di bawah pengepungan Assad di Aleppo; di Idlib, kami terancam kelaparan,” pungkas Dado.
Sementara itu, Halid Deruzi (56 tahun) juga menekankan bahwa ia sangat ingin kembali ke Aleppo sesegera mungkin.
“Saya berharap bahwa kami akan kembali ke Aleppo dimana kami menjalani hari-hari baik dan buruk kami, tempat dimana kami minum air asin dan roti manja. Saya ingin kembali ke tempat kelahiran dan kebangkitan saya dan dimana Nabi kami berdoa,” ujarnya, mengacu pada Nabi Muhammad SAW.
“Saya ingin kembali ke Aleppo, yang merupakan cintaku dan ke mana kedua putra saya gugur menjadi martir,” jelasnya.
Faize Idris, yang kehilangan dua anaknya selama pengepungan Aleppo, menuding Presiden Bashar al-Assad dengan mengatakan: “Saya membangkitkan kedua anak saya menghadapi kesulitan besar, namun Assad membunuh mereka berdua. Begitu Aleppo dibebaskan, kami akan kembali ke rumah kami. Saya bisa tinggal di sebuah tenda selama itu berada di Aleppo. ”
Pada tahun 2016, rezim Bashar Assad mempertahankan Aleppo Timur, di mana 300.000 warga sipil terjebak, dikepung selama empat bulan lamanya. Operasi pengepungan tersebut memicu krisis kemanusiaan terbesar dalam perang sipil Suriah, namun berakhir setelah sebuah kesepakatan gencatan senjata yang dipimpin dan dimediasi oleh Turki pada tanggal 13 Desember.
Evakuasi terjadi setelah Ankara dan Moskow melakukan kesepakatan untuk mengevakuasi penduduk setempat. Evakuasi dilaksanakan antara tanggal 15 dan 22 Desember.
Setelah itu, sekitar 45.000 warga sipil Aleppo menetap di kamp-kamp Idlib, yang berada di dekat perbatasan Turki dan wilayah ini dikendalikan oleh pasukan oposisi.[IZ]