JAKARTA (Panjimas.com) – Tak ada yang berperan di dunia Islam saat ini, kecuali media massa. Hampir semua komunitas memerlukan media untuk menyampaikan informasi. Karena itu siapa yang menguasai media, dialah yang akan menang dalam percaturan dunia.”
Hal itu dikatakan Imam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Ustadz Yakhsallah Mansyur kepada Panjimas usai Tasyakur Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) kelima di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, Senin 18 Desember 2017.
“Bukankah Nabi Saw pembawa berita. Tapi sayangnya, umat Islam masih kurang perhatian di bidang informasi ini, akibatnya media informasi dikuasai oleh diluar Islam. Sudah saatnya kita merebut media, dan memenangkan pertempuran di bidang media informasi,” ungkapnya.
Dikatakan Ustadz Yakhsallah, begitu besar peran media bagi sebuah bangsa. Dulu jika tidak ada radio dan media cetak, mungkin tidak ada yang tahu bahwa Indonesia sudah merdeka.
“Media Islam harus menjadi agen perubahan. Jika ada konten-konten negatif, maka media Islam yang mengubahnya dengan konten-konten positif. Ini tantangan besar untuk berjihad di jalan Allah. Jurnalis muslim itu adalah prajurit Allah di garda terdepan. Jurnalis muslim harus memenangkan pertempuran itu,” katanya memberi semangat.
Imam Jamus itu berharap, ke depan media Islam dan wartawan muslim harus lebih ditingkatkan profesionalitasnya. Jika kita bersungguh-sunggu, pasti akan akan memenangkan pertempuran, khususnya dalam hal informasi.
“Tak kalah penting adalah membangun sinergi dan ukhuwah dengan sesama jurnalis muslim. Kehadiran Forum Jurnalis Muslim harus disyukuri sebagai perekat ukhuwah sesama jurnalis muslim.”
Terpenting, dalam membangun ukhuwah itu, kata Ustadz Yakhsallah, jangan merasa paling baik, dan jangan saling menjelekkan dan menghancurkan. Lihatlah kelebihannya, jangan lihat kekurangannya. Jika terjadi perbedaan sikapi secara bijak, sehingga ukhuwah tetap terjaga. “Persoalan furuiyah sudah tidak perlu dibincangkan lagi. Yang kita hadapi adalah musuh Islam. Jangan rebut dengan sesama kita sendiri.”
Dalam siaran persnya, MINA adalah sebuah kantor berita yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keseimbangan dan keadilan dalam pemberitaan. Sekaligus memantapkan diri sebagai media yang berperan dalam memberitakan dunia Islam pada umumnya, serta perjuangan Palestina pada khususnya.
Sebagai kantor berita, MINA terus berupaya untuk membuat pemberitaan yang cepat, objektif dan akurat, menyiarkan berita dan artikel untuk menegakkan citra Islam, berperan aktif dalam perjuangan Islam serta memperjuangkan pembebasan Masjid Al-aqsha serta kedaulatan Palestina sebagai negara yang merdeka.
Kantor Berita MINA terbit dalam tiga Bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), diresmikan oleh Ketua DPR RI Marzuki Alie pada tanggal 18 Desember 2012, di tempat yang sama Tasyakur ke-5 ini, Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.
MINA yang didirikan oleh Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah, merupakan follow up dari Konferensi Bandung untuk Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina yang berlangsung tanggal 4-5 Juli 2012 di Bandung, Jawa Barat. Pendiri, Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi pertama MINA adalah H.M. Hamidy, Imam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), tokoh pers yang cukup lama menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Kantor Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.
MINA kini mempunyai beberapa koresponden di dalam dan di luar negeri, antara lain di Gaza Palestina, Khartoum Sudan, dan Kuala Lumpur Malaysia. Di samping dalam negeri seperti di Bandar Lampung, Aceh, Banten, Bandung hingga NTT. Kantor Berita MINA saat ini di bawah Pemimpin Umum Shafril Lubis dan Pemimpin Redaksi Ismet Rauf.
MINA di samping sebagai kantor berita, juga mengadakan kerja sama dengan berbagai instansi, perusahaan, organisasi, baik pemerintah maupun swasta dalam bidang kehumasan, diklat jurnalistik, penerbitan (publishing house), dan penyelenggaraan acara (Event Organizer). (des)