ARU, (Panjimas.com) – Sedikitnya 400.000 anak-anak di wilayah Kasai, Republik Demokratik Kongo terancam mati kelaparan tahun depan, jika tak ada pasokan kiriman bantuan mendesak, demikian pernyataan UNICEF, Selasa (12/12).
”Sedikitnya 400.000 anak-anak balita di wilayah Kasai di Republik Demokratik Kongo menderita gizi buruk akut dan dapat meninggal dunia pada tahun 2018 jika mereka tidak segera mendapatkan akses intervensi kesehatan dan pasokan gizi yang dapat menyelamatkan nyawa mereka,” jelas Badan Dana Anak PBB dalam pernyataannya.
Di wilayah Kasai yang bergolak, bentrokan antara tentara dan milisi Kamuina Nsapu telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa lebih dari 1 juta penduduk mengungsi selama 18 bulan terakhir.
“Lebih dari 750.000 anak-anak di seluruh wilayah tersebut, menderita kekurangan gizi akut, sementara 25 zona kesehatan di wilayah Kasai sekarang berada dalam situasi krisis gizi dengan ambang batas darurat nutrisi yang telah terlampaui,” papar UNICEF.
“Krisis gizi dan kerawanan pangan di wilayah Kasai ini menyusul perpindahan ribuan keluarga yang telah tinggal selama berbulan-bulan dalam kondisi sangat sulit,” menurut Dr. Tajudeen Oyewale, Perwakilan Pelaksana UNICEF di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Kekerasan dan pemindahan 1,4 juta penduduk di wilayah Kasai telah menyebabkan kekurangan pangan, dengan dua pertiga (2/3) rumah tangga tidak dapat bekerja di lahan-lahan mereka untuk menanam tanaman, demikian menurut UNICEF.
Sejak Januari 2017, UNICEF dan mitra-mitranyanya telah memberikan perawatan gizi terapeutik kepada 50.700 anak-anak Kongo dengan kondisi malnutrisi akut berat, yang berusia antara 6 sampai 59 bulan, di daerah bergolak tersebut.
Namun, UNICEF hanya menerima 15 persen dari total dana yang dibutuhkan untuk menanggapi kebutuhan gizi anak-anak Kongo di tahun 2017.
4,1 Juta Pengungsi Kongo Darurat Pangan
Jumlah pengungsi internal di Republik Demokratik Kongo (DRC) dilaporkan meningkat menjadi 4,1 juta jiwa sejak tahun lalu yang mencapai angka 2 juta jiwa.
Para pengungsi Kongo itu dilaporkan juga mengalami krisis kekurangan makanan dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Badan Migrasi PBB, Organisasi Internasional untuk Migrasi, International Organization for Migration (IOM), dalam pernyataanya menegaskan bahwa orang-orang yang kehilangan tempat tinggal di DRC (Republik Demokratik Kongo) sangat membutuhkan bantuan makanan namun IOM juga mengaku kekurangan dana bantuan untuk memberikan perawatan pada mereka.
Kebutuhan dana IOM mencapai angka $75 juta dollar AS.
DRC (Republik Demokratik Kongo) adalah negara Afrika dengan pemindahan penduduknya yang tertinggi. Wilayah DRC yang terkena dampak paling parah adalah Provinsi Tanganyika Timur dan Wilayah Kasai.
“Dengan begitu banyak krisis kemanusiaan di seluruh dunia, situasi di DRC berisiko diabaikan, sementara situasi saat ini berkembang menjadi keadaan darurat terbesar di 2018,” jelas Mohammed Abdiker, Direktur Divisi Operasi dan Darurat IOM.
“Pendanaan yang kuat dan tindakan bersama sangat dibutuhkan, untuk menghentikan penderitaan yang luar biasa atas peningkatan kemampuan masyarakat untuk meresponsnya”, pungkas Direktur Operasi Darurat IOM itu.[IZ]