KLATEN (Panjimas.com) – Klaim Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, memunculkan protes Umat Islam di berbagai belahan dunia.
Tak terkecuali di Indonesia, aksi demonstrasi memprotes kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trum itu silih berganti digelorakan di berbagai daerah.
Umat Islam di Indonesia pun semakin bertambah geram, ketika persoalan Ibu Kota Israel itu ditemukan dalam buku pelajaran untuk anak-anak.
Sebagaimana mengemuka di media sosial, buku IPS untuk kelas VI SD/MI yang diterbitkan oleh Pusat Perbukan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 telah memuat Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Sangat, ironis. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia di mana Jokowi, Sebagai Presiden RI mengecam klaim sepihak tersebut, justru kecolongan. Buku-buku bahan ajar resmi yang diterbitkan pemerintah, sudah sejak delapan tahun lalu mengajarkan anak-anak SD dan Madrasah Ibtidaiyah, bahwa Yerusalem, yang di dalamnya ada Masjidil Aqsha, kiblat pertama Umat Islam, disebut sebagai Ibu Kota negara penjajah Israel.
Namun, upaya mengungkap fakta-fakta tersebut, bukan tanpa sandungan. Baru sehari berita berjudul Ternyata, Di Buku Pelajaran SD Tercatat Ibukota Israel Adalah Jerusalem dimuat Panjimas.com pada Selasa (12/12/2017), kemudian mendapatkan teguran keras.
PT Intan Pariwara, menyampaikan surat teguran, yang diantar oleh salah seorang staf karyawannya bernama, Tri Setyawan dan diterima di kantor redaksi Panjimas.com, Jl Veteran No 48, Bekasi, pada Rabu (13/12/2017) sekitar pukul 15.20 WIB.
Surat yang ditandatangani, Direktur Utama PT Intan Pariwara, Edy Purwono itu, membantah bahwa perusahaan penerbitan dan percetakan yang dipimpinnya sebagai pihak penerbit buku IPS yang viral di media sosial. (Baca: Soal Ibu Kota Israel di Buku SD, Klarifikasi PT Intan Pariwara: Kami Bukan Penerbit Hanya Memperbanyak)
“Kami PT Intan Pariwara bukan penerbit buku tersebut, kami hanya memperbanyak buku terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 (Keterangan tulisan terbitan dan diperbanyak oleh tercantum dalam cover depan buku terlampir),” demikian kutipan surat teguran tersebut.
Tak hanya itu, PT Intan Pariwara juga mengancam dapat menuntut secara hukum, dalam surat teguran yang disampaikannya.
Menyikapi hal tersebut, Redaksi Panjimas.com, kemudian memerintahkan salah seorang jurnalis muda, Sri Sedyo Suwarno, yang bertugas di wilayah regional Jawa Tengah, untuk mendatangi PT Intan Pariwara, Jalan Ki Hajar Dewantoro No. 1, Karanganom, Klaten Utara, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (14/12/2017).
Tak sendiri, jurnalis Panjimas.com, juga ditemani oleh Humas Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono. Kedatangan LUIS, juga berniat untuk menyampaikan klarifikasi kepada PT Intan Pariwara, di mana sehari sebelumnya LUIS telah mendatangi penerbit Yudhistira, yang juga menerbitkan buku IPS berisi Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Tiba di lokasi, jurnalis Panjimas dan rombongan, ditemui oleh Direktur Utama Edy Purwono, Direktur 1, Dwi Putranto Nugroho, Direktur 2, Parmanta dan Direktur 3, Tomy Utomo Putro.
Sebagai bentuk cover both side, Panjimas.com kemudian melakukan wawancara dengan pihak Dirut PT Intan Pariwara, Edy Purwono, terkait ditemukannya buku IPS untuk Kelas SD/MI, yang memuat Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Berikut ini hasil wawancara tersebut.
Apa bedanya penerbit dengan pihak yang memperbanyak? Bukankah PT Intan Pariwara adalah penerbit dan percetakan, sebagaimana tertera di kop surat.
Beda, penerbit menciptakan buku, ada tim penulis yang menulis isi dan bertanggung jawab terhadap isi. Setelah selesai diserahkan ke percetakan. Sedang dalam hal ini kami disini tidak membuat buku itu, hanya memperbanyak buku yang sudah dikeluarkan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Mengunduh file yang diupload pemerintah siapa pun bebas mendownload dan menggandakan.
Sebagai pihak yang memperbanyak (jika tak mau dikatakan sebagai penerbit), apa tanggung jawab anda atas beredarnya buku SD yang memuat Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel?
Kami konsekuen, dalam hal ini harus menunggu sikap pemerintah. Kalau kami misal harus narik buku itu apa boleh buat, kami akan menarik sesuai keputusan pemerintah.
Apakah ada dalam buku disebutkan, isi di luar tanggung jawab pihak yang memperbanyak?
Jelas kami tidak membuat buku itu, maka isi diluar tanggung jawab kami. Jadi memperbanyak itu tidak boleh merubah isi dan itu (merubah) malah dilarang karena sudah menjadi hak cipta.
Bagaimana sikap anda (Dirut PT Intan pariwara) terkait klaim sepihak Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, yang memicu kemarahan umat Islam?
Ini terlalu global, yang penting kami mendukung kebijakan pemerintah.
Kenapa anda tidak meminta maaf seperti yang dilakukan penerbit Yudhistira? Bukankah hal itu lebih bijak?
Karena itu bukan buku kami, yang harus meminta maaf kan harusnya yang menciptakan buku, yang menerbitkan buku.
Jadi ikut memperbanyak kesalahan sebuah buku itu bukan sebuah kesalahan ya?
Kami akan mendukung keputusan pemerintah, konsekuensinya apa, kita akan ikuti. Kalau pemerintah meminta buku itu harus ditarik ya apa boleh buat, buku itu akan kami tarik.
Apakah PT Intan Pariwara akan memberi teguran keras juga kepada Menko PMK, Puan Maharani yang juga menyebut anda sebagai penerbit buku? (Baca: Beredarnya Buku Sebut Yerusalem Ibukota Israel, Menko Puan Ingin Proses Penyusunan Buku Harus Dicek dan Ricek)
Kami tidak punya wewenang untuk itu, kalau njenengan LSM justru malah lantang. Kami harus bermitra dengan pemerintah, kalau konfrontasi malah ada efek bagi kami. Kami sudah usul atas ini.
Apakah PT Intan Pariwara akan menarik buku yang salah itu?
Kalau perintah penerbit untuk ditarik ya kami tarik. Terus bagaimana yang 2009? padahal tahun depan (tahun ajaran 2018/2019) sudah tidak ada lagi (sudah tidak dicetak).
Apa benar anda akan melakukan penuntutan hukum kepada Panjimas?
Ketika hak jawab kami dimuat dan diklarifikasi itu sudah cukup bagi kami, kami berterima kasih. Maka tuntutan lain bisa diabaikan, intinya kita bisa menjalin silaturrahim. Tegasnya kita tidak akan melakukan upaya hukum. Bahkan kita bisa kerja sama, di kantor njenengan di Bekasi kan ada Sekolah, itu kan perlu buku-buku kami juga. Bisa ambil buku kami, dimana ada perwakilan Panjimas disitu kami ada perwakilan PT. Intan Pariwara.
Jelang kumandang adzan Zhuhur, Pertemuan pihak Panjimas.com dengan PT Intan Pariwara pun berakhir dengan baik. Sebelum meninggalkan lokasi, keduanya saling berjabat tangan serta berfoto, sebagai tanda hubungan baik dan masalah pun terselesaikan. [SY]