JAKARTA (Panjimas.com) – Sebagai umat Islam tentu kita sangat mengutuk rencana yang akan dilakukan oleh Donald Trump terhadap Kota Jerussalem. Apa yang dilakukan Trump itu menegaskan bahwa kepemimpinannya sama sekali tidak punya visi tentang kemajuan bersama masyarakat dunia yang didasari oleh perdamaian, hidup rukun, dan saling menghargai.
“Bahkan tindakan itu dapat diindikasikan sebagai pengalihan isu dari ketidak mampuan kepemimpinannya mengelola isu dalam negeri yang akhir-akhir ini semakin eskalatif,” kata Presidium Majelis Nasional Korps Alumni HMI (KAHMI), Ahmad Doli Kurnia kepada Panjimas.
Namun, kata Doli, kita sebagai ummat Islam juga jangan buru-buru terpancing atas provokasi yang dilakukan Trump itu. Kita harus mencermati betul perkembangan dari hari ke hari apa yang terjadi di Palestina. Benar bahwa Jerussalem adalah “red line” atau batas kesabaran kita sebagai ummat Islam dunia terhadap teror yang dilakukan barat selama ini.
“Tapi ummat Islam juga jangan terjebak menjadi pemrakarsa dimulainya perang. Kita harus bisa sampai pada saat dan alasan yang tepat untuk melakukan perlawanan fisik.”
Untuk itu dalam konteks Indonesia, kita mendukung penuh rencana yang akan dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk menempuh jalur diplomasi dengan memulai lobby terhadap negara-negara OKI yang akan bertemu beberapa hari ke depan.
Indonesia sebagai negara umat Islam terbesar di dunia harus punya tanggung jawab menjaga perdamaian dunia, memastikan tidak adanya hak kedaulatan negara yang terganggu, serta tidak umat manusia manapun yang terampas haknya, apalagi ummat Islam di belahan dunia manapun.
“Tentu kita berharap pemerintah Indonesia memiliki position bargaining yang kuat dan mampu memerankan kepiawaian diplomasi luar negerinya terhadap Amerika demi Palestina,” jelas Doli. (des)