YERUSALEM, (Panjimas.com) – Langkah kontroversial pemerintahan AS pekan lalu yang mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibukota Israel menuai tanggapan. Salah satunya Imam Masjid Al-Aqsa sekaligus Kepala Otoritas Islam Tertinggi Yerusalem, Sheikh Ekrima Sabri.
Sheikh Ekrima Shabri menegaskan bahwa pengakuan AS sama saja dengan sebuah “deklarasi perang”.
Saat diwawancarai Anadolu Agency, Sheikh Ekrima Sabri menegaskan bahwa gelombang aksi demonstrasi baru-baru ini yang digelar di seluruh dunia untuk memprotes langkah A.S. menunjukkan bahwa Yerusalem “tidak hanya milik rakyat Palestina, tapi juga milik semua Muslim”.
Imam Masjid Al Aqsa itu kemudian juga mendesak seluruh warga Palestina dan rakyat kota Yerusalem untuk melindungi kota suci Al-Quds, “dengan segala cara”.
“Keangkuhan Amerika tidak akan mencapai apapun; posisi kami berasal dari keyakinan [agama] kami,” pungkas Sheikh Ekrima Sabri.
Sheikh Sabri menambahkan: “Negosiasi – atau proses perdamaian apa pun – sekarang tidak memungkinkan, karena A.S. telah memutuskan posisinya di Yerusalem, hal ini bertentangan dengan sikapnya dan malah memilih perang.”
Meskipun mendapatkan perlawanan dan tentangan regional maupun internasional, Presiden Amerika Serikat Donald Trump Rabu (06/12) di ruang resepsi diplomatik Gedung Putih tetap bersikukuh mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pergeseran dramatis dalam kebijakan A.S. ini segera memicu gelombang aksi demonstrasi “Day of Rage” di wilayah Palestina, bahkan di berbagai negara seperti Turki, Mesir, Yordania, Aljazair, Irak, Indonesia dan di negara-negara Muslim lainnya.
Pengumuman Trump tersebut juga memicu kecaman keras dari seluruh dunia, termasuk Uni-Afrika, Uni Eropa, Negera Amerika Latin dan PBB.
Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan sejak Rabu (06/12) janji itu diwujudkan Trump melalui pernyataannya di ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Pada bulan April, Rusia mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, yang mengungkapkan harapan bahwa separuh bagian timur kota Yerusalem pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota Palestina
Khususnya, dalam pengumumannya pekan lalu, Trump menekankan bahwa pemerintahannya belum mengambil posisi mengenai “batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem”. [IZ]