ISTANBUL, (Panjimas.com) — Ribuan warga berbondong-bondong turun ke jalan-jalan di seluruh Eropa untuk mengecam keras keputusan kontroversial pemerintah AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota resmi Israel.
Aksi demonstrasi signifikan diadakan di Swiss, Jerman, Belanda, dan Swedia; di mana para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan solidaritas Palestina, sembari melambaikan bendera-bendera Palestina dan Turki, dilansir dari Anadolu Ajensi.
Meskipun mendapat perlawanan dunia internasional, Presiden Amerika Serikat Donald Trump Rabu (06/12) di ruang resepsi diplomatik Gedung Putih tetap bersikukuh mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Menurut Trump, Departemen Luar Negeri A.S. telah memulai persiapan untuk memindahkan Kedutaan Israel Washington dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Langkah kontroversial AS memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia
Di Jenewa, para pengunjuk rasa berkumpul di depan Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di pusat kota Swiss Sabtu (09/12) untuk menolak keputusan AS tersebut.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang Israel dan keputusan Trump atas Yerusalem, Mereka juga membawa spanduk-spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina!, Akhiri Pendudukan Israel!”.
Tampak spanduk bertuliskan “Lepaskan tanganmu dari Yerusalem”, “Yerusalem adalah ibu kota Palestina” dan “Tidak, kami tidak memberi Anda Yerusalem”, Ratusan massa dari organisasi LSM juga berkumpul di luar gedung Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda.
Sementara itu, di ibukota Swedia, Stockholm, lebih dari 2.000 pengunjuk rasa didamping oleh Uni Demokrat Turki Eropa, Union of European Turkish Democrats (UETD) serta beberapa kelompok lokal menggelar aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar AS, di mana mereka meneriakkan “Freedom to Palestine” [Kebebasan Untuk Palestina].
Saat Berorasi di depan gedung Kedutaan AS di Stockholm, Sibel Amine Mert dari UETD Stockholm mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak setuju dengan keputusan Trump, Ia mendesak agar bangsa Turki dan semua warga Turki yang tinggal di luar negeri berdiri bersama rakyat Palestina.
Salah satu pengunjuk rasa, Dror Feiler, seorang aktivis keturunan Yahudi Swedia, mengutuk keras langkah Trump.
”Yerusalem adalah kota suci bagi umat Islam, Yahudi dan Kristen. Sementara ketiga kelompok ini perlu hidup dalam kedamaian di sini, Trump sayangnya telah membiarkan kedamaian dalam bahaya dengan keputusan malang yang dibuatnya,” ujar Dror Feiler, dikutip dari Anadolu.
Aksi protes juga digelar di kota-kota Jerman seperti Dortmund dan Bremen. Warga Jerman bereaksi terhadap keputusan kontroversial AS tersebut, yang mereka sebut, merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Pergeseran dramatis dalam kebijakan A.S. ini segera memicu gelombang aksi demonstrasi “Day of Rage” di wilayah Palestina, bahkan di berbagai negara seperti Turki, Mesir, Yordania, Aljazair, Irak, Indonesia dan di negara-negara Muslim lainnya.
Pengumuman Trump tersebut juga memicu kecaman keras dari seluruh dunia, termasuk Uni-Afrika, Uni Eropa, Negera Amerika Latin dan PBB.
Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan sejak Rabu (06/12) janji itu diwujudkan Trump melalui pernyataanya di ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.[IZ]