DENPASAR (Panjimas.com) – Ustadz Abdul Somad sempat menjadi perhatian umat Islam, lantaran dirinya menghadapi upaya persekusi yang dilakukan sejumlah Ormas saat hendak memenuhi undangan ceramah di Denpasar, Bali, pada Jum’at (8/12/2017).
“Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB (Komponen Rakyat Bali) menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan,” kata Ustadz Abdul Somad dalam rilisnya yang diterima redaksi Panjimas.com, Ahad (10/12/2017).
Ia menegaskan, dirinya menolak menuruti syarat untuk berikrar di rumah kebangsaan di Denpasar, Bali. Hal itu bukan tanpa alasan. Ustadz Abdul Somad menegaskan bahwa dirinya bukan pemberontak yang harus menyampaikan ikrar kembali di rumah kebangsaan. (Baca: Kronologi dan Klarifikasi Resmi Ustadz Abdul Somad Terkait Insiden Persekusi di Bali)
“Saya menolak karena:
A. Saya bukan pemberontak.
B. Saya tidak terdaftar di Ormas terlarang.
C. Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia tahun 1998 setelah lulus Pancasila dan P4.
Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila. Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil,” tegasnya.
Ustadz Abdul Somad sudah bertekad untuk pulang, apabila terjadi persekusi yang menuntut dirinya untuk melakukan ikrar di rumah kebangsaan. Namun hal itu berubah ketika Ustadz Abdul Somad mengambil sikap bijak saat menghadapi kondisi mencekam di Denpasar, Bali. [AW]