DENPASAR (Panjimas.com) – Ustadz Abdul Somad tiba di Denpasar, Bali, pada Jum’at (8/12/2017) untuk menghadiri undangan tabligh akbar yang akan digelar di beberapa tempat.
Sebelumnya, Ustadz Abdul Somad sudah mengetahui ada gejolak di Bali terkait rencana penolakan terhadap dirinya. Ia pun berkoordinasi kepada pihak panitia terkait situasi dan kondisi terakhir yang ada di Bali. (Baca: Kronologi dan Klarifikasi Resmi Ustadz Abdul Somad Terkait Insiden Persekusi di Bali)
Setelah dipersilahkan untuk datang ke Bali, ternyata ada hal tak terduga yang terjadi. Ia bahkan sempat merasa dirinya dijebak saat tiba di bali.
“Saya dibangunkan. Saya curiga akan disidang. Saya minta tim beli tiket, kita pulang, karena ini di luar kesepakatan. Kelihatannya kita dijebak,” kata Ustadz Abdul Somad dalam rilis resminya yang diterima redaksi Panjimas.com, Ahad (10/12/2017).
Ustadz Abdul Simad dibawa ke salah satu ruang di hotel Aston. Di sana sudah menunggu sekitar 10-15 orang. Mereka meminta Ustadz Somad berikrar.
“Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah,” ujarnya.
Karena menolak berikrar mereka melontarkan kata-kata tidak layak kepada Ustadz Abdul Somad. “Ngeles!” “Seperti PKI”, “Panitia mendatangkan ustadz otak SD”, “Pulangkan saja!” dan lain-lain.
“Saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke airport,” tegasnya.
Namun Ketua PWNU Bali yang dari awal mendampingi menangis memikirkan apa yang akan terjadi kalau Ustadz Abdul Somad pulang. Dari pihak hotel Aston menyampaikan bahwa situasi tidak terkendali, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seorang polisi pun masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel karena pintu depan tidak terkendali.
“Kapolres dan Dandim masuk. Meminta agar mempertimbangkan, selamatkan ummat. Di masjid An-Nur ada 5000an jamaah yang siap datang ke Aston. Di Aston memanas. Suasana mencekam,” tuturnya.
Ustadz Abdul Somad pun mengambil sikap bijak. Ia tak ingin sesama anak bangsa terjadi benturan, apalagi dipicu hal berbau SARA.
“Bismillah. Saya dan semua yang ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yang ada di ruangan. Keluar ruangan menuju loby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh,” ungkapnya.
Meski sudah menuruti keinginan demonstran dengan mencium bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Ustadz Abdul Somad masih saja dicaci maki.
“Pengawalan ketat. Pengunjuk rasa tetap berteriak; ‘Nyanyikan dari hati. Jangan di mulut saja!’ Menyanyikan Indonesia Raya.” Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat tangan saya. Usai, kembali ke kamar,” imbuhnya.
Alhamdulillah, dengan sikap bijak Ustadz Abdul Somad, suasana pun mulai mencair. Ia diperbolehkan untuk ceramah di Masjid An-Nur, Denpasar Bali.
Usai ceramah, Ustadz Abdul Somad pun memberikan kabar untuk menenangkan umat Islam melalui media, bahwa dirinya baik-baik saja.
“Saya dalam keadaan aman. Sudah tabligh akbar. Sudah di hotel,” kata Ustadz Somad. [AW]