JOHANNESBURG, (Panjimas.com) – Uni Afrika mengutuk keras keputusan kontroversial Presiden A.S Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota resmi Israel.
Uni Afrika mengatakan bahwa langkah AS ini dapat menggagalkan proses perdamaian Timur Tengah.
Dalam pernyataannya, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki mengatakan bahwa pihaknya “menyesalkan keputusan yang hanya akan meningkatkan ketegangan di wilayah [Palestina] ini dan sekitarnya”, dikutip dari AA.
Mewakili Uni Afrika Moussa Faki mengulangi solidaritas Uni Afrika dengan rakyat Palestina dan dukungan lembaganya terhadap usaha-usaha sah mereka untuk mendeklarasikan sebuah negara merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Sementara itu Bram Hanekom, anggota Kongres Nasional Afrika (ANC) yang merupakan partai berkuasa di Afrika Selatan, mengatakan bahwa Ia ingin ANC mempercepat kebijakannya untuk menurunkan status hubungan diplomatik Afrika Selatan dengan Israel.
Selama konferensi kebijakan ANC pada bulan Juli, partai tersebut mengadopsi sebuah rekomendasi untuk menurunkan status Kedubes Afrika Selatan di Israel hanya menjadi kantor penghubung untuk mengurangi hubungan diplomatik.
Partai ANC mengatakan Israel terus saja memperlakukan Palestina dengan kekerasan daripada mencoba mencapai kesepakatan.
Pada hari Rabu (06/12), Presiden A.S. Trump mengumumkan keputusannya untuk secara formal mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, meskipun Ia segera mendapat tentangan luas di Timur Tengah.
Pengumuman Trump tersebut memicu kecaman keras dari seluruh dunia, termasuk Turki, Uni Eropa dan PBB.
Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan sejak Rabu (06/12) janji itu diwujudkan Trump melalui pernyataanya di ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.[IZ]