SAN FRANSISCO, (Panjimas.com) – Para pengguna media sosial di seluruh dunia meluapkan kemarahannya Kamis (07/12) ketika terungkap bahwa Google Maps mencantumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Rabu (06/12) lalu, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, sebuah keputusan yang kemudian menjadi perdebatan serta memicu kecaman keras bagi negara-negara di kawasan Timur Tengah dan berbagai negara lainnya.
Sehari kemudian, pencarian di Google Maps untuk “ibukota Israel” menghasilkan nama ‘Yerusalem’. Tidak jelas apakah Google Maps mengubah penunjukan ini berdasarkan pernyataan Trump atau apakah memang Google Maps selalu mencantumkannya seperti itu, dilansir dari Anadolu.
Pihak Google tidak menanggapi permintaan komentar, saat isu ini mulai viral di dunia media sosial.
Petisi online kemudian diajukan untuk menuntut agar Google Maps berhenti mencantumkan Yerusalem sebagai ibukota Israel, dan petisi ini telah ditandatangani oleh hampir 1.000 pendukung pada Kamis sore.
“Hanya karena Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, itu tidak berarti kita akan setuju atau harus sejalan dengan itu,” ujar inisiator petisi tersebut, Yazan Al-Asad dalam sebuah suratnya kepada Google.
“Kita tidak bisa menyerah pada retorika palsu dan ofensif Trump. Saya terkejut ketika mengetahui hari ini bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel di Google. Marilah kita beritahu Google bahwa kita menolak pengakuan semacam itu”, pungkasnya.
Perusahaan terkemuka itu juga mendapat kritik keras dari berbagai elemen di media sosial.
“Segera dapatkan fakta-fakta Anda, Menunjuk Google,” kicau Salim Elewa di Twitter.
“Itu menjijikkan bahwa Anda mendukung tindakan mengerikan ini terhadap orang-orang Palestina,” tandasnya.
Trump mengatakan bahwa pemerintah A.S. akan memulai proses perpindahan Kedutaannya dari lokasi saat ini di Tel Aviv ke Yerusalem, sebuah perubahan yang segera menuai pujian dari pemerintah Israel.
Pada hari Kamis (07/12), pihak berwenang Palestina menyerukan aksi pemogokan massal dan aksi demonstrasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Bentrokan antara para pengunjuk rasa dengan Militer Israel menyebabkan setidaknya 30 warga Palestina luka-luka.
Pada hari Rabu (06/12), Presiden A.S. Trump mengumumkan keputusannya untuk secara formal mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, meskipun Ia segera mendapat tentangan luas di Timur Tengah.
Pengumuman Trump tersebut memicu kecaman keras dari seluruh dunia, termasuk Turki, Uni Eropa dan PBB.
Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan sejak Rabu (06/12) janji itu diwujudkan Trump melalui pernyataanya di ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Sejak pendudukan Israel di Yerusalem pada tahun 1967 sampai tahun 2000, Departemen Wakaf Islam di Yerusalem – yang dikelola oleh pemerintah Yordania – bertanggung jawab penuh atas kompleks Masjid Al-Aqsa – Wakaf Islam juga bertugas mengatur kunjungan non-muslim ke Al-Aqsa.[IZ]