KUWAIT CITY, (Panjimas.com) – Enam bulan setelah dimulainya krisis Qatar, Ikatan Cendekiawan dan Ulama Muslim Internasional menyerukan agar para pemimpin negara-negara Teluk Arab untuk “memikul tanggung jawab mereka di hadapan Allah dan rakyat mereka dalam mencapai rekonsiliasi yang komprehensif dan mengatasi perselisihan”, demikian pernyataan IUMS, Senin (04/12).
Pernyataan International Union of Muslim Scholars (IUMS) disampaikan bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Gulf Cooperation Council (GCC) yang digelar pada hari Selasa dan Rabu di Kuwait, di tengah krisis di kawasan tersebut.
“Tuhan Yang Maha Kuasa telah memerintahkan pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai rekonsiliasi hanya karena mereka bersaudara seiman,” tulis pernyataan IUMS tersebut, mengacu pada krisis Teluk yang meletus pada awal Juni lalu, dilansir dari Anadolu.
Pernyataan para Ulama Internasional tersebut memperingatkan bahwa penderitaan yang dialami warga negara-negara Arab dan Islam yang sedang terfragmentasi dan berselisih satu sama lain di kawasan Teluk Arab, mendorong orang-orang serakah, dengan mengatakan bahwa mereka bahkan mengancam untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibukota negara pendudukan, Israel, merujuk pada rencana AS yang dikabarkan akan segera memindahkan Kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Media A.S. melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan relokasi Kedutaan serta pengakuan formal atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pada bulan Juni, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar, serta menuding Doha mendukung aktifitas terorisme.
Keempat negara Teluk itu mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Qatar jika mereka ridak menerima daftar tuntutan mereka, termasuk penutupan stasiun televisi Al Jazeera yang didanai Qatar.
Qatar membantah tuduhan tersebut, dan menyebut upaya-upaya isolasi diplomatik terhadapnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan kedaulatan nasionalnya.
Kuwait telah memimpin upaya mediasi untuk menyelesaikan krisis tersebut, dengan mengirimkan sejumlah utusan-utusannya untuk menyampaikan pesan diantara Qatar dan negara-negara Teluk tersebut.[IZ]