RAMALLAH, (Panjimas.com) – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki Ahad (03/12) lalu mendesak Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk segera menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi di Yerusalem.
Seruan Menlu Palestina tersebut disampaikan menyusul laporan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump sedang bersiap untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Riyad al-Maliki menyerukan agar pertemuan darurat tersebut segera dilakukan melalui sambungan telepon dengan Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Abul-Gheit dan Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina, dikutip dari AA.
Al-Maliki memperingatkan bahwa langkah A.S. tersebut “akan memiliki konsekuensi serius” dan akan “meledakkan situasi di wilayah Palestina dan kawasan”.
Sementaraitu Hamas juga menegaskan peringatan kerasnya atas rencana pemerintahan Trump tersebut. “Rencana ini akan mewakili serangan A.S. di kota Yerusalem dan memberikan legitimasi kepada [Israel] di atas kota itu,” ujar Hamas dalam pernyataan pada hari Sabtu (02/12).
Media A.S. pada hari Rabu (29/11) mengatakan bahwa Presiden Donald Trump berencana untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Hamas menyatakan bahwa langkah A.S. tersebut “akan memberikan perlindungan kepada Israel untuk melanjutkan Yahudisasi Yerusalem dan pengusiran rakyat Palestina dari kota”.
Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab dan negara-negara Islam untuk segera menghentikan langkah pengakuan AS tersebut.
Pengumuman terencana “Word of Trump” [Pernyataan Trump] mengenai Yerusalem serta pemindahan Kedutaan AS dari Tel Aviv, ini akan menyimpang dari kebijakan presiden-presiden A.S. sebelumnya yang telah bersikeras bahwa status Yerusalem harus diputuskan dalam perundingan damai.
Rencana langkah AS itupun telah mendapat kritikan dan kecaman keras dari Otoritas Palestina (PA).
“Hari ini kami mengatakan dengan sangat jelas bahwa mengambil tindakan semacam itu tidak dapat dibenarkan … Ini tidak akan menghasilkan ketenangan atau stabilitas, namun akan memicu ekstremisme dan melakukan kekerasan,” pungkas Aboul Gheit dalam pernyataan yang dipublikasikan di laman liga Arab tersebut, dikutip dari Reuters.
“Itu hanya menguntungkan satu sisi; pemerintah Israel yang memusuhi perdamaian, ” ujar Sekjen Liga Arab Aboul Gheit.
Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.[IZ]