JAKARTA (Panjimas.com) – “Kita semua diutus sebagai umat pertengahan, umat yang berada di tengah, yang menyampaikan salam dan tidak ekstrim. Itulah sebabnya, syarat suatu bangsa adalah adanya umat pertenganan. Dan kita adalah umat yang pertengahan itu, bukan umat yang ekstrim.”
“Ekstrimitas adalah proyek negara-negara Barat, proyek pemecah belah, dan ekstrimitas bukan merupakan karakter umat Islam,” kata Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dalam orasi Reuni 212 di Silang Monas, Jakarta, Ahad (2/12) lalu.
Menurut Fahri, bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, budaya dan bahasanya. Umat Islam Indonesia, dari Sabang sampe Merauke, adalah umat yang wasathan atau pertengahan.
Lebih lanjut, Fahri mengatakan, terminologi jihad, syahadat dan takbir telah dikriminalisasi dan dikategorikan hatespeech. Bahkan sebagian pejabat kita begitu alergi dengan bendera tauhid, karena dianggap sebagai benderanya ISIS. “Itu pejabat, otaknya sudah dirusak oleh setan.”
Mengutip QS Al Fath ayat 29, seperti yang dibacakan qoriah saat Maulid di Istana Bogor, dimana Presiden Jokowi, Panglima TNI dan Menko Polkam hadir, ayat itu menegaskan, bahwa umat Islam harus tegas pada orang kafir, dan berkasih sayang kepada sesama mereka (muslim).
Seharusnya, momen reuni 212, Presiden Jokowi hadir, mengingat beliau juga alumni 212. “Inilah jiwa bangsa Indonesia, yang akan perjuangkan bangsa ini dengan airmatanya. Sedangkan orang kaya yang memilih Jokowi, jika terjadi apa-apa pada negeri ini, mereka akan terbang ke Luar Negeri. Mereka tidak akan bertahan sampe titik darah penghabisan.. Maka yang menjaga republik ini adalah kita, umat Islam,” kata Fahri.
Masih segar dalam ingatan, mosi integralnya M Nasir yang telah menjaga NKRI. Saat ini sudah ada umatnya, tapi belum ada pemimpinnya. “Kita ini sedang mencari jodoh untuk umat Islam. Karena kita jarang memiliki pemimpin yang baik. Semoga di masa yang akan datang, kita mendapat pemimpin, seperti karakter yang tertuang dalam QS al Fath ayat 29. (des)