SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Puluhan ribu warga Muhammadiyah menghadiri peresmian Masjid Hj Sudalmiyah Rais di komplek Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama tokoh Muhammadiyah, Amin Rais, Din Syamsudin, dan Haidar Naser ketua PP Muhammadiyah, Ahad (3/12/2017).
Di Masjid yang berlantai 3 itu penuh sesak jamaah. Dihalaman dan lapangan depan Masjid juga penuh warga Muhammadiyah yang hadir bersama keluarga. Tak hanya itu, kedatangan jamaah yang menggunakan armada Bus terpaksa harus parkir di bahu jalan Solo-Semarang depan Kampus UMS.
Rektor UMS, Sofyan Anif mengatakan bahwa sampai saat ini UMS sudah meluluskan 33 ribu mahasiswa termasuk mahasiswa pasca sarjana. Pembangunan Masjid Hj Sudalmiyah diharapkan dapat memperkuat Al Islam dan Kemuhammadiyahan civitas akademika UMS. Terutama shalat Dhuhur dan Ashar berjamaah yang lebih nyaman.
“Kami seluruh civitas dan seluruh pengurus UMS bersyukur telah menunjukkan perkembangan yang baik dalam pengelolaan perguruan tinggi ini. Tidak saja diakui dipercaya tapi makin kuat, makin profesional. Oktober 2017 telah menempatkan UMS ranking 12 perguruan tinggi terbaik. Dengan demikian pembangunan masjid ini dari sisi filosofi dari barat akan tampak 2 bangunan besar sebagai simbol kekuatan ilmu dan Din,” ujarnya.
Amin Rais dalam sambutannya menerangkan bahwa Muhammadiyah telah berjasa kepada Negeri Indonesia tanpa harus berkoar-koar di media dan akan terus membangun bangsa.
“Saya ingin dikesempatan ini yang Muhammadiyah usia sudah 108 tahun, Muhammadiyah sudah dan terus terlibat dalam demokrasi terpimpin dari masa ke masa yang kita hadapi berlainan penampilan. Ini harus kita perhatikan, apalagi era jaman sekarang ini. Mari kita tingkatkan kewaspadaan, kita seolah-olah membiarkan negeri ini. Tidak kita terus terlibat membangun negeri ini,” katanya.
Sementara itu, Din Syamsudin mengakui kondisi bangsa yang semakin carut marut. Dia menjelaskan cara menghadapi dan yang harus dilakukan umat Islam wala tahinu wala tahzanu, jangan merasa sedih, jangan merasa kehilangan kepercayaan diri.
“Orang kafir itu pemimpinnya thogut, baik thogut politik, thogut ekonomi. Yang tugasnya mengeluarkan manusia dari terang benderang menuju kegelapan. Tinggal bagaimana umat Islam, bagaimana Muhammadiyah menghadapinya,” ungkapnya.
“Jangan minder, jangan grusa-grusu. Saya sering ibaratkan kalau ada Banteng mengamuk tidak cukup dengan teriakan seribu Allah Akbar. Kalau kita gunakan pikiran, cari kain berwarna merah kita kibas-kibas insyaAllah Banteng dapat kita taklukkan,” ucapnya. [SY]