SUKOHARJO (Panjimas.com) – Ratusan warga Nguter, Sukoharjo kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan PT Rayon Utama Makmur (RUM), Kamis (30/11/2017). Kali ini mereka didampingi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Soloraya guna meluapkan aspirasinya menuntut PT RUM menepati janjinya.
Pabrik kapas sintesis itu menurut warga sekitar mengeluarkan limbah udara berbau busuk, sehingga mencemari lingkungan Desa sekitarnya.
Hampir sekitar 300 warga Desa Plesan, Desa Gupit dan Desa Celep menuntut PT RUM menghadirkan pemiliknya menemui mereka karena tidak mengindahkan tuntutan aksi demo pertama pada Oktober lalu untuk memperbaiki pencemaran limbah tersebut.
“Kita rugi, kasihan anak-anak kita, balita kita mereka ikut tersiksa, sesak nafas dan muntah. Kalau hanya menghasilkan bau busuk kita tutup PT RUM,” teriak orator lewat pengeras suara.
Beberapa orang membawa spanduk bertuliskan PT RUM ‘Racun untuk Masyarakat, Tutup Pabrik Bila Hanya Memberi Racun pada Kami’. Sempat aksi membredel spanduk milik PT RUM yang terpasang dipagar, diganti spanduk yang dibawa warga bertuliskan ‘Stop Pencemaran Limbah PT RUM’.
Lurah Plesan, Joko Listiyono mengatakan bahwa tuntutan warga sebenarnya tidak bermaksud menghentikan operasi pabrik, mereka hanya mendesak PT RUM segera memperbaiki proses pengolahan limbah. Dia akan mendukung aspirasi warganya untuk mendesak PT RUM segera merealisasikan janjinya.
“Warga sendiri ingin bau itu hilang dari Desa Plesan, Gupit, Celep dan Kempol. Dulu tuntutannya boleh produk asal tidak bau, ini kok masih bau. Mau investasi ya silahkan, masalah AMDAL tentang bau itu juga sudah ada atau tidak. Saya mendukung dan mendampingi warga saya, lha wong saya juga merasakan juga,” ujar Joko.
Hendro, dari BEM Universitas Slamet Riyadi (Unisri) menjelaskan bahwa keikutsertaan temannya dan dari BEM IAIN, BEM UNS, BEM UMS mendukung aspirasi warga Nguter. Menurutnya pencemaran PT RUM harus segera ditindak lanjuti, hentikan operasi sebelum permasalahan limbah selesai.
“Kita tergugah karena disini masyarakat benar-benar mengeluhkan pencemaran limbah. Tuntutan warga satu, jangan beroperasi dulu sampai limbah yang dikeluarkan benar-benar bersih tidak mencemari lingkungan, baik limbah udara maupun air,” ucapnya.
Salah satu warga Plesan, Hariyanto yang rumahnya selatan PT RUM mengaku
limbah yang dikeluarkan pabrik berbau seperti tinja. Bau busuk tersebut membuat beberapa warga mual dan muntah.
“Ya bau itu, seperti septic tank, bau gas nggak karuan. Sudah satu bulan ini sangat mengganggu aktivitas warga. Kalau malam itu baunya terus-terusan banyak yang sampai muntah,” kata Hariyanto. [SY]