JAKARTA, (Panjimas.com) – Mungkin sudah ratusan orang yang menyampaikan kepada saya, bagaimana momen 411 dan 212 menjadi jalan bagi mereka mendapatkan hidayah dari Allah dalam agamanya. Begitu kira kira yang disampaikan oleh Ustadz Felix Siauw kepada Panjimas pada hari Kamis, (30/11).
“Dari situ mereka mulai memahami tanggung jawab mereka terhadap agamanya, mulai shalat, mulai mencintai Islam, mulai ikut serta berkontribusi di jalan dakwah. Ada diantra mereka yang Internet Marketer, tak terlintas apapun selain menambah digit di rekening tabungan, lalu momentum hidayah datang pada mereka, mereka berubah,” tutur Ustadz Felix Siauw.
Ada pula yang datang sebab penasaran, ikut bergabung dalam lautan manusia yang dipenuhi cinta pada agamanya, cinta itupun menyapa mereka, mereka berubah.
“Bahkan ada banyak preman dan tukang pukul, yang bisa jadi hanya tersisa syahadat tanpa ada amal salih, seolah mereka menemukan sesuatu, mereka pun berubah,” katanya.
Menurut beliau, Hidayah bukan datang dari manusia, ia murni berasal dari Allah saja. Allah berikan kita akal untuk mengindera wahyu, tapi kesemuanya takkan lengkap tanpa taufik dari Allah.
“Bila ceramah dan kajian itu sebab hidayah, harusnya banyaknya ceramah dan kajian berbanding lurus dengan banyaknya orang mendapat hidayah, tapi tidak begitu kenyataanya,” urai penulis buku Muhammad Al Fatih 1453 itu.
Andai ustadz dan ulama itu sebab hidayah, maka matematisnya akan ada formula untuk menghitung manusia yang mendapat hidayah, tapi juga tak begitu adanya.
Hidayah datang dari hembus angin, tetes hujan, bahkan keras tanah yang dipijak, datang lewat sapaan, senyuman, bahkan tatap mata mereka yang ikhlas dalam agama
Itulah mengapa 411 dan 212 bukan hanya sebuah aksi biasa, tapi syiar Islam, bagian daripada jalan hidayah bagi manusia, kesempatan untuk menunjukkan ukhuwah antara kita.Bukan hanya untuk dirimu atau diriku, bukan pula untuk kita, tak pula terbatas untuk Indonesia, tidak juga karena dunia. Tapi kita lakukan ini semua karena Allah, hanya itu saja.
Sebab kecintaan kita pada Allah dan Rasul ialah yang tertinggi, maka kita mencintai Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk yang tanpanya kita dalam kegelapan, ini tentang cinta.
“Maka tanggal 2 Desember 2017, besok. Insya Allah cinta itulah yang akan kita tunjukkan sekali lagi. Yang kita harapkan itu jadi jalan hidayah, bagi hati-hati yang masih tersisa cinta padanya,” pungkasnya. [ES]