JAKARTA (Panjimas.com) – Kegiatan Aksi Bela Islam yang diperjuangkan umat Islam se-Indonesia telah menghasilkan kemenangan Politik dan ditegakannya keadilan hukum. Potensi Umat Islam ini jangan sampai pudar.
Karena itu perlu dikonsolidasikan dan dimaksimalkan kembali posisi dan peran strategisnya untuk secara aktif berkonstribusi dalam mengatasi dan menyelesaikan berbagai permasalahan disegala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Ketua Pelaksana Kongres Nasional Alumni 212, Ustadz Bernard Abdul Jabbar kepada Panjimas, Kamis (30/11/2017) di Jakarta.
Rangkaian Aksi Bela Islam 212, 411, 313 dan seterusnya telah membangkitkan kesadaran, potensi dan kekuatan dahsyat umat Islam Indonesia. Hal itu terbukti untuk tahap permulaan dalam Pilkada DKI Jakarta, penegakan hukum serta perang di dunia maya atau media sosial telah dengan menang gemilang secara telak.
“Potensi dan kekuatan tersebut telah berhasil mengalahkan tokoh penista agama yang didukung penuh oleh penguasa, kolaborasi mayoritas kekuatan politik serta support dana tidak terbatas dari pengusaha aseng,” kata Ustadz Bernard.
Kongres Nasional Alumni 212 menilai, hukum telah menjadi alat kekuasaan. Hal itu ditandai oleh terbitnya Undang-Undang yang mendukung Presidensial Treshold dan disahkannya PERPPU No. 2 Tahun 2017 menjadi Undang-undang. Kemudian pencabutan Moratorium atas 17 Pulau Reklamasi, pembangunan sejumlah proyek Ilegal (antara lain Meikarta] serta penegakan hukum yang sangat tebang pilih.
“Itulah pentingnya konsolidasi kekuatan Umat Islam yang tergabung dalam Alumni 212, sebuah sebuah wadah pergerakan yang bersifat nasional, satu komando dan senantiasa siap menghadapi dinamika yang mengancam kepentingan Umat Islam pada khususnya, dan Bangsa serta Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Dalam Kongres Nasional Alumni 212 akan diisi dengan oleh beberapa rangkaian kegiatan, seperti pemberian Award kepada sejumlah tokoh pembela Islam, diskusi berbagai masalah kebangsaan serta perumusan yang dirancang dalam bentuk pernyataan ”Maklumat Jakarta“.
Adapun peserta yang ikut dalam kongres ini sebanyak 500 orang terdiri dari dari berbagai elemen umat Islam, mulai dari pimpinan pondok pesantren, ormas Islam, mahasiswa perguruan tinggi, dan aktivis Islam lainnya. (des)