JAKARTA (Panjimas.com) – Kongres Nasional Alumni 212 menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat, daya beli rakyat dirasakan lemah. Kemudian, penyicilan dan pembayaran bunga hutang luar negeri makin menjerat neraca keuangan Indonesia, serta penjaminan serta rencana penjualan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang secara pasti mengiring posisi Indonesia menuju “Negara Bangkrut’.
Kongres Nasional Alumni 212 menjelaskan, mayoritas para Eksekutif dan Legiskatif di tingkat pusat, dengan berbagai kebijakannya, produk hukum yang disahkannya, telah sampai pada fakta bahwa kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara umat Islam saat ini telah diposisikan sebagai kekuatan yang mengancam kepentingan rezim yang berkuasa.
“Secara terang benderang, rezim tersebut berpihak pada sistem ekonomi kapitalisme, pro investor Asing dan Aseng, yang Anti pribumi menjadi tuan rumah dinegeri sendiri.”
Yang mengkhawatirkan lagi adalah membuka pintu bagi percepatan kebangkitan paham Atheis, komunis, marxisme, leninisme. Kehidupan sosial budaya yang sekuler dengan mengklaim bahwa hanya merekalah sebagai kelompok tunggal yang Pancasilais.
Hal itulah yang menjadi pembahasan Kongres Nasional Alumni 212 yang akan dibuka Kamis (30/11/2017) malam nanti di di Wisma PHI (Persaudaraan Haji Indonesia), Jl. Cempaka Putih Tengah No. 30, Jakarta Pusat, atau tepatnya di samping rumah sakit Islam Jakarta.
“Kami Presidium Alumni 212 akan menggelar peringatan satu tahun kegiatan Aksi Bela Islam Jilid II yang diselenggarakan pada tanggal 2 Desember 2016 lalu, dengan diadakannya Kongres Nasional Alumni 212 yang diadakan selama 2 hari, 30 November-1 Desember 2017. (des)