NIJMEGEN, (Panjimas.com) – Aksi demonstrasi baru-baru ini digelar oleh gerakan sayap kanan, anti-Muslim dan anti-imigran “PEGIDA” di Belanda.
Namun gerakan anti-muslim dan anti-imigran ini tampak lesu dan kekurangan minat apara pendukungnya, karena hanya sekitar 30 orang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi Ahad (26/11).
Seelompok puluhan aktivis PEGIDA -”Patriotische Europäer Gegen die Islamisierung des Abendlandes“ atau “Patriotic Europeans against the Islamization of the West” [Gerakan Orang-orang Eropa Patriotik Melawan Islamisasi Barat] – berunjuk rasa sembari memegang spanduk-spanduk bernada rasis di kota Nijmegen, Belanda, dilansir dari Anadolu.
Namun, kelompok besar yang terdiri dari sekitar 200 pengunjuk rasa anti-Fasis, “Anti-Fascist Action” (AFA) berusaha menghalangi jalannya aksi demo PEGIDA sampai kemudian polisi Belanda melakukan intervensi.
Dua orang dari aktivis AFA ditangkap, menurut kepolisian.
Awal tahun ini, gerakan intoleran PEGIDA melakukan aksi protes di depan proyek pembangunan Masjid Selimiye di Veghel dan di sebuah sekolah dasar Islam di Leiden.
PEGIDA adalah kelompok intoleran bagi gerakan-gerakan sayap kanan di Eropa, yang menjadi semacam penampung aspirasi dan keresahan kelompok radikal nasionalis terhadap gelombang imigran Muslim yang datang ke Jerman.
PEGIDA berdalih aksi-aksinya betujuan untuk menentang Islamisasi di Barat. Namun para pengamat mengatakan, kelompok ini menyuburkan paham rasisme, tidak ubahnya seperti Nazi di Perang Dunia II.
PEGIDA punya manifesto yang berisikan 19 butir, di antaranya menyerukan diperketatnya imigrasi dan perlindungan terhadap “budaya Kristen-Yahudi” di dunia Barat.[IZ]