LONDON, (Panjimas.com) – Lebih dari 24.700 perempuan terbunuh di Suriah sejak pecahnya perang di negara itu pada tahun 2011, demikian menurut SNHR, LSM yang berbasis di London.
Dalam laporan terbarunya, Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah, Syrian Network for Human Rights (SNHR) menyebutkan bahwa total 24.746 perempuan telah kehilangan nyawa mereka di Suriah sejak Maret 2011.
Rezim Assad dinilai bertanggung jawab atas kematian 20.919 perempuan Suriah, yang mencakup sekitar 84,5 persen dari total korban, jelas SNHR, dilansir dari Anadolu Ajensi.
Laporan SNHR juga menyebutkan bahwa pasukan Rusia – yang mendukung rezim Assad -bertanggung jawab atas 988 jiwa sementara kelompok teroris PKK / PYD berandil dalam kematian 573 jiwa dan kelompok Islamic State (IS) 136 jiwa.
Sedikitnya 611 perempuan dibunuh oleh koalisi anti-IS pimpinan A.S. dan 889 perempuan lainnya oleh pasukan oposisi Suriah sejak 2011, tulis SNHR dalam laporannyatersebut.
Sekitar 8.289 peempuan Suriah kini masih tetap berada di bawah “penangkapan sewenang-wenang atau dihilangkan secara paksa” oleh pihak-pihak yang berperang di Suriah.
Kelompok hak asasi manusia mendesak PBB turut campur tangan untuk melindungi perempuan-perempuan Suriah dalam perang sipil yang menghancurkan tersebut.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]