ISTANBUL, (Panjimas.com) – Para podusen dan eksportir dari 57 negara Muslim didorong untuk mendapatkan sertifikasi halal agar mampu memanfaatkan pasar halal global senilai $ 4 miliar dollar.
“Tidak ada negara Muslim di antara 10 eksportir halal terbesar di dunia,” pungkas Assad Sajjad Zaidi, CEO International Halal Center, saat berbicara dalam World Halal Summit di Istanbul (WHSI), dilansir dari Anadolu Ajensi.
Sajjad Zaidi mencontohkan kurangnya ‘branding’ global di dunia Islam.
India, Brazil, Austria, A.S., Argentina, Selandia Baru, Prancis, Thailand, Filipina dan Singapura adalah 10 eksportir terbesar dalam pasar halal, ungkap Zaidi.
Dia mengatakan bahwa pangsa pasar halal 10 negara ini adalah 85 persen.
India adalah eksportir daging halal terbesar dan Thailand merupakan eksportir produk halal terbesar, pungkasnya.
CEO International Halal Center itu juga mengatakan bahwa negara-negara Muslim memiliki pangsa 15 persen di semua pasar halal; Malaysia dan Indonesia adalah dua negara utama di antaranya.
Halal tidak terbatas pada daging saja; Produk dengan turunan pigmen, seperti tulang atau kulit, digunakan di beberapa daerah termasuk cat, pasta gigi, obat-obatan dan produk kecantikan.
Dia menyatakan: “Pergerakan produk halal menciptakan rantai nilai halal yang baru.”
Produk bersertifikasi halal berarti sesuai dengan hukum Islam yang berdampak langsung pada bagaimana produk diproduksi, diproses, didistribusikan, disimpan, dijual dan dikonsumsi.
Turki baru-baru ini mengumumkan Lembaga Akreditasi Halal pertama negara (HAK) yang akan melayani umat Islam di seluruh dunia yang akan dibuka sebelum Tahun Baru 2018.
Menteri Perekonomian Turki Nihat Zeybekci juga mengatakan bahwa perusahaan non-Muslim memiliki 80 persen pasar halal senilai $ 4 miliar dollar.
Turki dan negara-negara Muslim lainnya harus memiliki pangsa pasar dunia yang lebih besar, tambahnya.
Dengan HAK, Turki ingin lebih banyak negara Muslim memenangkan pangsa pasar halal yang lebih baik.
WHSI dan 5th Organization of Islamic Cooperation Halal Expo dimulai pada hari Kamis (23/11).
Para ahli dari lebih 80 negara akan membahas masalah seputar makanan halal, farmasi dan obat-obatan serta keuangan syariah, pariwisata dan tekstil sampai dengan hari Sabtu (25/11). [IZ]