DOHA, (Panjimas.com) – Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani baru-baru ini menyalahkan “turbulensi” yang sedang berlangsung di kawasan Timur Tengah terhadap budaya “despotisme” yang berlaku, dilansir dari Qatar News Agency (QNA) Jumat (24/11).
Saat berbicara pada Kamis malam (23/11) dalam Konferensi Kontraterorisme Westminster di Inggris Raya, Menlu Qatar Al-Thani memperingatkan bahwa “anak-anak yang hidup dalam situasi bencana yakni di tempat-tempat seperti Suriah Irak dan Yaman yang bergejolak, telah ditinggalkan dengan tak memiliki harapan untuk masa depan”.
“Kami tidak boleh membiarkan pemerintah tidak menghormati peraturan undang-undang atau menggunakan terorisme sebagai dalih untuk menganiaya lawan politik mereka,” tulis Harian Qatar “The Peninsula” mengutip pernyataan Al Thani dalam konferensi tersebut.
Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menambahkan bahwa Qatar berusaha untuk memberikan “kesempatan pendidikan” kepada anak-anak yang menderita di seluruh wilayah dan “memberdayakan anak-anak dan pemuda di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan maksud untuk menyelamatkan mereka dari keputusasaan dan frustrasi”.
Banyak orang di kawasan Timur Tengah ini, “sedang menderita di bawah penguasa yang mencari kekuasaan dan menjalankan pemerintahan yang buruk dimana mereka mencabut hak-hak dan martabat rakyat mereka”, pungkas Al-Thani.
Dalam keadaan seperti itu, Al Thani mengungkapkan keprihatinannya, teradap orang-orang seperti itu, yang menurutnya dapat dengan mudah menjadi mangsa kelompok ekstremis”.
“Pemeliharaan stabilitas regional,” imbuhnya, “adalah salah satu cara untuk memenangkan perang melawan terorisme dan memutus siklus kekerasan.”[IZ]