SUKOHARJO (Panjimas.com) – Temu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) PTM Zona IV Jateng – DIY menggelar Dialog Kebangsaan bertema “Menegakkan gerakan kerakyatan dalam menyongsong era baru peforma agraria” di Gedung Induk Siti Walidah, komplek Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kamis (23/11/2017).
Taufiq Kesturi, Wakil Rektor 3 dalam sambutanya mengatakan belum maksimalnya peserta karena kondisi cuaca hujan.
“Kami mengganti rektor sebab tadi beliau kurang enak badan, kemudian mungkin banyaknya kursi kosong mengingat kondisi cuaca yang sejak pagi hujan. Barangkali banyak peserta belum sampai disini,” kata Taufiq.
Dewi Kartika, Sekjen Seknas Konsorsium Pembaharuan Agraria menjelaskan persoalan meluruskan kebijakan masalah agraria yang berkeadilan sosial.
“Tanah itu alat untuk produksi petani, kalau tidak memiliki tanah maka para petani hanya disebut petani gurem, ini yang sekarang banyak terjadi pada petani kita,” ucapnya.
Krisis agraria bersifat kronis dan sistematik, menurut Dewi ada empat sebab yakni ketimpangan struktur agraria, konflik agraria, de agrariaisasi dan kerusakan ekologis.
“Konflik agraria 2016: 450 yang rata-rata 1 konflik per hari, kasus reklamasi termasuk menyumbang juga konflik agraria,” ungkap Dewi.
Busyro Muqoddas, mantan ketua PP Muhammadiyah mengungkapkan kisah kedatangan kasus agraria petani Karawang yang meminta Muhammadiyah mengadvokasi.
“Mereka melaporkan mengalami penyiksaan sangat keras oleh Polisi, karena aktifis ini melakukan advokasi alam dan penduduk. Malam harinya petani Karawang di LBH para petani minta tidur di kantor PP Muhammadiyah. Tidak berhenti disitu dan tidak boleh berhenti hingga kita viralkan,” ucapnya.
Busyro mempertanyakan peralihan tanah di Solo-Jogja selama 10 tahun terakhir. Dia menyoroti kondisi masyarakat pada era saat ini semakin miskin dan tersingkirkan tidak lain adanya peran intlegen dan mafia bisnis.
“Tanah-tanah itu milik siapa, sepuluh tahun terakhir dibangun hotel-hotel, apartemen padahal dulu pertanian. Saya melihat sendiri raskin itu melihat saja nggak tega, kalau masyarakat terpaksa makan raskin itu kasihan, itu saja masih dibisniskan mafia,” tandasnya. [SY]