DHAKA, (Panjimas.com) – Salah satu kebutuhan pokok para pengungsi di kamp pengungsian Cox’s Bazar adalah layanan kesehatan yang berkualitas. Buruknya kondisi lingkungan dan sanitasi di lokasi pengungsian, membuat penghuninya mudah terserang penyakit. Namun, pola penyebaran pengungsi dari wilayah No Mans Land di perbatasan Myanmar dengan Bangladesh hingga distrik Cox’s Bazaar, menjadi kendala bagi aktivis kemanusiaan untuk menyediakan layanan kesehatan yang dapat menjangkau semua pengungsi.
Potensi konflik sosial kini juga semakin meningkat, upah buruh yang lebih murah, pembukaan lahan hutan secara masif, kerusakan lingkungan, kesehatan, aliran bantuan dan layanan yang terfokus pada Muslim Rohingya, serta perubahan ekosistem ekonomi mempertajam kemungkinan eskalasi konflik sosial ini. Hal itersebut membuat Dompet Dhuafa harus mempertimbangkan semua aspek untuk mendesain program yang sesuai. Sabtu, (18/11).
Selain berpotensi memunculkan kecemburuan antar pengungsi, hal yang patut menjadi perhatian adalah kesejahteraan masyarakat lokal. Penduduk lokal daerah Cox’s Bazar sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan. Ini menjadi salah satu dasar bahwa mereka juga selayaknya mendapatkan bantuan untuk meningkatkan taraf hidup, dan derajat kesehatan mereka. Keseluruhan masyarakat yang tinggal di daerah pengungsian, baik pengungsi maupun penduduk lokal, seharusnya mendapat manfaat yang sama dari bantuan internasional di daerah ini.
“Kali ini, Dompet Dhuafa menginisiasi sebuah layanan kesehatan berupa mobile clinic. Layanan ini merupakan klinik berjalan dengan pola jemput bola. Mobile clinic akan mendatangi suatu wilayah, lima sampai enam titik dalam satu minggu. Selain melayani para pengungsi, mobile clinic juga diinisiasi dalam rangka memberikan layanan kesehatan kepada para penduduk setempat,” ungkap Benny, selaku General Manager (GM) Ekonomi dan Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa Filantropi.
Mobile clinic akan menjadi sarana petugas kesehatan dalam menjangkau lebih banyak titik pengungsian. Sehingga sebaran layanan kesehatan dari Dompet Dhuafa dapat menjangkau titik terdalam dari pusat pengungsi. Ini akan mendorong jumlah penerima manfaat yang lebih banyak dan beragam, dibandingkan dengan pos kesehatan statis.
Aspek keadilan dalam memberikan layanan kesehatan bagi penduduk lokal Bangladesh yang sejak awal tinggal di sekitar wilayah pengungsian juga dapat bergulir. Mobile clinic secara leluasa dapat masuk dan memberikan layanan kesehatan bagi warga lokal yang membutuhkan.
Desain program mobile clinic ini dirancang dengan mempertimbangkan faktor lokasi wilayah dan sebaran titik pengungsian. Kebijakan pemerintah yang memberlakukan batas waktu aktivitas di pengungsian, dan paling penting keterbatasan warga Rohingya untuk dapat mengakses layanan kesehatan.
Mobile Clinic ini akan dioperasikan oleh relawan Dompet Dhuafa bersama dengan mitra lokal yang akan bekerjasama dalam memberikan layanan kesehatan. Tim medis lokal dari Bangladesh juga diikutsertakan dalam memberikan layanan di mobile clinic melalui supervisi dan pendampingan dari tim medis Dompet Dhuafa.[RN]