DOHA, (Panjimas.com) – Aliansi Menteri-Menteri Pertahanan Negara Muslim yang tergabung dalam rangka memerangi terorisme yang dipimpin oleh Arab Saudi akan bertemu di ibukota Riyadh pada 26 November mendatang, demikain menurut kantor berita resmi, Saudi Press Agency (SPA).
Pertemuan Aliansi Militer Islam untuk Melawan Terorisme “Islamic Military Alliance to Fight Terrorism” bertujuan untuk “memperkuat kerjasama dan integrasi” di antara anggota aliansi, tulis SPA.
Perwakilan Misi-Misi Diplomatik di Arab Saudi akan menghadiri pertemuan tersebut, menurut laporan SPA.
Blok Militer yang terdiri dari 41 anggota itu diluncurkan oleh Arab Saudi pada akhir tahun 2015 dengan tujuan untuk memerangi terorisme.
SPA mengatakan bahwa pertemuan tersebut akan menandai “awal sebenarnya” aliansi militer dan koordinasi melawan ekstremisme dan terorisme.
Sebuah deklarasi yang dikeluarkan dalam KTT Arab-AS-Islam baru-baru ini di Riyadh pada bulan Mei lalu yang mengungkapkan bahwa negara-negara anggota aliansi siap untuk mengerahkan 34.000 tentara dengan maksud untuk mendukung operasi melawan kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah.
Aliansi Militer Islam yang dipimpin Arab Saudi itu mencakup negara-negara seperti Turki, Pakistan, Mesir, Malaysia, UEA, dan negara Teluk lainnya serta negara-negara Afrika.
Aliansi ini dibentuk untuk melindungi negara-negara Islam itu dari kejahatan semua kelompok dan organisasi teroris, terutama Islamic State (IS).
Iran, bagaimanapun, merupakan rival kuat Arab Saudi, dan Teheran belum menjadi bagian dari aliansi militer ini sebagaimana perbedaan antara 2 negara Sunni dan Syiah itu yang begitu mendalam pada konflik regional di Irak dan Suriah, serta Yaman.
Aliani ini diharapkan dapat meningkatkan hukum dan ketertiban di negeri-negeri tersebut dengan meluncurkan operasi militer tanpa henti terhadap para gerilyawan di sabuk barat laut yang terisolasi.
Mantan Panglima Militer Pakistan, Jenderal Raheel Sharif kabarnya telah ditunjuk sebagai Komandan Aliansi Militer Islam untuk memerangi terorisme di kantor pusatnya di ibukota Arab Saudi, Riyadh, demikian menurut pernyataan Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif saat dikonfirmasi hari Jumat (06/01) awal Januari lalu. Jenderal Sharif telah menolak untuk menerima perpanjangan masa jabatannya.
Awal tahun ini, sebuah rekaman video menjadi viral di media sosial, yang menunjukkan Jenderal Sharif dikelilingi oleh para penjaga Saudi saat kunjungannya ke Masjid-a-Nabvi di Madinah dengan banyaknya warga Pakistan meneriakkan slogan-slogan mendukung dirinya.
Menurut SPA, koalisi ini dibentuk dalam kerangka perjanjian anti-terorisme yang sebelumnya ditandatangani oleh Negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Bersama dengan Arab Saudi, dilaporkan koalisi militer ini termasuk Pakistan, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh, Turki, Tunisia, Djibouti, Sudan, Palestina, Qatar, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, dan Yaman, ditambah dengan 13 Negara-negara Afrika.
Anggota Aliansi lainnya termasuk Bahrain, Bangladesh, Benin, Chad, Komoro, Djibouti, Mesir, Gabon, Guinea, Pantai Gading, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Mali, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria, Pakistan, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Senegal, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Togos, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab dan Yaman.[IZ]