SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Ustadz Azhari Dipo Kusumo, generasi ke 5 cucu Pangeran Diponegoro angkat bicara ketika olahraga memanah mulai distigmasikan sebagai aktivitas kelompok teroris.
Padahal, senjata melawan penjajahan Belanda yang dilakukan kakek buyutnya Pangeran Diponegoro salah satunya adalah panahan. Ustadz Dipo menilai bahwa memanah kemudian dijadikan alasan pembenaran orang melakukan terorisme tidak tepat.
“Apakah seorang muslim tidak boleh melakukan pembelaan? Seorang muslim itu berhak melakukan pembelaan terhadap negaranya. Kalau kita lempar batu dituding melakukan terorisme kan lucu, memanah dibilang teroris kan lucu, besok lari bisa juga,” katanya di Hotel Assalam, Kartosuro, Sukoharjo, Sabtu (18/11/2017).
Selain itu, Ustadz Dipo menyoroti pembentukan opini bahwa takbir menjadi ciri seorang teroris tambah membuat dia berang.
“Kasar sekali, hari ini tambah kurang ajar. Orang indikasi teroris itu pakai takbir, coba. Ini harus diperkarakan,” tandasnya.
“Kalau takbir dianggap teroris maka Bung Tomo teroris, semua pahlawan yang mengucapkan takbir teroris. Ini sebenarnya negara komunis atau gimana?” cetusnya.
Untuk itu, Ustadz Dipo meminta umat Islam bisa melawan melalui media sosial (medsos). Menurutnya kekuatan medsos saat ini lebih efektif.
“Kita dengan modal medsos manfaatkan memberikan pencerahan dan pemahaman. Jangan putus asa dari Rahmat Allah dan jangan putus asa untuk bersatu,” tandasnya. [SY]