JAKARTA, (Panjimas.com) – Menyikapi pernyataan Kapolres Dharmasraya AKBP Roedy Yulianto yang mengatakan terduga pelaku pembakaran Polres Dharmasraya adalah teroris disebabkan karena kata ‘Allahu Akbar’ dan ‘Thogut’. Pendiri dan Pembina Yayasan Irena Center Irena Handono mengatakan, negara mengidap islamophobia akut.
Baca: Penyerangan Polres Dharmasraya Dituduh Terorisme Karena Ada Kata “Allahu Akbar”
“Jika aparat negara yang menyatakan tuduhan ini, maka negara sudah mengidap islamophobia akut!” kata Irena Handono dalam laman resminya di Facebook, Kamis (16/11/2017).
Han Hoo Lie -akrab dipanggil- Irena Handono, dikenal sebagai mantan penginjil yang pernah bergelut di lembaga Katolik biarawati, Seminari Agung (Institute Filsafat Teologia Katolik), Ketua Legio Maria dan Universitas Katolik Atmajaya Jakarta.
Oleh karenanya, ia menegaskan, tuduhan takbir sebagai salah satu bukti tindak pidana terorisme adalah ucapan orang yang membenci Islam.
Seperti diketahui, penyelidikan awal kepolisian mengindikasikan pembakaran Kantor Polres Dharmasraya, Sumatera Barat, pada Ahad (12/11) dini hari sebagai serangan teroris.
Kapolres Dharmasraya AKBP Roedy Yulianto ketika ditanya bukti lain bahwa pelaku masuk dalam jaringan teroris, ia mengatakan, pelaku meneriakkan takbir.
“Dalam proses kami melumpuhkan kedua (tertuduh) pelaku, pelaku meneriakkan takbir,” kata Roedy Yulianto pada acara Kabar Petang yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta, Ahad (12/11/2017). [DP]