ADDIS ABABA, (Panjimas.com) – Pengungsi Eritrea yang tinggal di Ethiopia pada hari Rabu (15/11) menggelar aksi demonstrasi untuk memprotes apa yang mereka sebut penganiayaan agama [‘persekusi’] di tanah air mereka sendiri.
Bulan lalu, sebuah sekolah Muslim di ibukota Eritrea, Asmara, ditutup, sehingga mendorog gelombang aksi demonstrasi pada 31 Oktober lalu yang mendapat reaksi serangan mematikan oleh pasukan keamanan Eritrea – klaim yang secara kategoris disangkal pemerintah Eritrea.
Para warga Eritrea bergerak menuju ke markas besar Uni Afrika di ibukota Ethiopia, Addis Ababa, sambil menyanyikan slogan tersebut: “Hentikan penganiayaan agama.”
Bereket Berhane, seorang pengungsi Eritrea yang telah tinggal di Ethiopia selama 11 tahun terakhir, mengatakan bahwa demonstrasi tersebut dimaksudkan untuk “menyuarakan dukungan kami kepada yang tidak bersuara atas apa yang terjadi di Eritrea pada demonstrasi 31 Oktober oleh anak-anak sekolah dasar dan perempuan tua yang sekarang ditangkap incommunicado [dilarang berkomunikasi dengan pihak manapun].”
Setelah mengabaikan 2 petisi sebelumnya yang diajukan oleh warga Eritrea melawan pemerintahnya di Asmara, Bereket Berhane menegaskan bahwa Uni Afrika, harus menghormati “peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat dan anak-anak.”
Secara terpisah, ribuan pengungsi Eritrea di Shire di wilayah Tigray di Ethiopia dilaporkan juga menggelar aksi demonstrasi serupa.
Pengungsi Eritrea Salih Tahir mengatakan kepada Anadolu Agency melalui sambungan telepon: “Kami menentang tindakan yang dilakukan pemerintah di Asmara di sebuah sekolah [Muslim] yang secara langsung melanggar kebebasan beragama.”
Tahir mengatakan bahwa aksi demonstrasi tersebut diadakan di pusat pengungsian Adi Arif, salah satu dari empat kamp pengungsian di Shire.
Eritrea berpenduduk 62,9 persen Kristen dan 36,6 persen Muslim, menurut laporan Pew Research Center pada tahun 2015.
Menurut Badan Pengungsi PBB, UNHCR, lebih dari 260.000 pengungsi Eritrea kini dilindungi di Ethiopia.
Negara yang terletak di wilayah Tanduk Afrika tersebut memisahkan diri dari Ethiopia pada tahun 1993.[IZ]