SRINAGAR, (Panjimas.com) – Warga Kashmir Senin (06/11) awal pekan ini memperingati [Hari Syahid Jammu] atas pembunuhan warga sipil oleh pasukan India di wilayah Jammu Kashmir.
Syed Ali Gilani, Ketua “All Parties Hurriyat Conference”, mengatakan India tidak tulus dalam menyelesaikan perselisihan dan sengketa Kashmir.
“New Delhi tidak pernah menempatkan pentingnya [pendekatan] politik atas perselisihan mengenai Jammu dan Kashmir,” jelas Syed Ali Gilani pada sebuah pertemuan Threek-e-Hurriyat Jammu dan Kashmir di Srinagar, dilansir dari Anadolu.
Syed Ali Gilani mengungkapkan keprihatinan mendalamnya atas “kekerasan, penangkapan, intimidasi dan pembunuhan yang disponsori negara yang tidak diumumkan,” di Jammu Kashmir.
Mufti Nasirul Islam, Wakil Grand Mufti di Jammu Kashmir, menolak tawaran perundingan India.
Mufti Nasirul Islam menekankan bahwa dialog tanpa keterlibatan para pemangku kepentingan utama akan menjadi sia-sia.
Sebuah pemberontakan baru-baru ini dimulai pada 8 Juli 2016 setelah pembunuhan komandan militan Kashmir berusia 21 tahun Burhan Wani.
Sejak saat itu, wilayah Kashmir menghadapi gelombang demonstrasi selama 121 hari dan pemerintah India menanggapi aksi demonstrasi tersebut dengan memberlakukan jam malam ketat dan tindakan kekerasan kejam.
Menurut rincian dari Polisi, lebih dari 7.000 warga sipil, termasuk aktivis hak asasi manusia, telah ditangkap karena berpartisipasi dalam demonstrasi.
Kashmir, merupakan wilayah Himalaya dengan mayoritas berpenduduk Muslim. Sebagaimana diketahui, Dataran Kashmir merupakan wilayah sengketa yang diklaim oleh India maupun Pakistan.
India dan Pakistan telah terlibat dalam tiga peperangan di tahun 1948, 1965, dan 1971, sejak wilayah itu terpecah di tahun 1947, dimana kemudian berdiri Republik Islam Pakistan. Sejak saat itu, kedua negara berkonflik dan bersengketa atas wilayah Kashmir.
Sejak tahun 1989, kelompok-kelompok perlawanan Kashmir di wilayah yang dikuasai India (IHK), telah berjuang melawan kekuasaan India demi kemerdekaan atau penyatuan wilayah Kashmir dengan negara Pakistan.
Juga di area gletser Siachen di Kashmir Utara, tentara India dan Pakistan telah bertempur sesekali sejak tahun 1984. Kemudian, gencatan senjata mulai berlaku pada tahun 2003.
Lebih dari 70.000 warga Kashmir telah tewas sejauh ini dalam kekerasan disana, sebagian besar dari mereka tewas dibunuh oleh pasukan India. Untuk diketahui, pemerintah India mengerahkan lebih dari setengah juta prajurit militer di wilayah Kashmir yang dikuasai India (IHK).
India menuduh Pakistan mendukung sentimen separatis di Kashmir, namun Islamabad membantahnya. Kedua negara mengklaim Kashmir secara keseluruhan dan mengendalikan berbagai bagiannya.
Selain itu ada bagian dari wilayah Kashmir yang juga dipegang oleh China.[IZ]