JAKARTA, (Panjimas.com) – Menyikapi fenomena pembubaran pengajian, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengimbau agar umat Islam saling membuka diri dengan dialog.
“Saya pribadi mengimbau harus ada usaha-usaha dialog dengan merangkul, mencerdaskan, dan mengajak,” kata Amirsyah Tambunan, di gedung MUI. Kamis, (9/11).
Menurutnya, yang namanya dakwah itu wajib merangkul bukan memukul. “Kalau ada gesekan itu namanya memukul itu enggak relevan dengan dakwah,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dakwah itu harus bersifat mencerahkan dan mencerdaskan. Kalau dakwah sudah mencerahkan dan tercerahkan, maka tidak akan terjadi gesekan seperti itu.
“Dakwah yang mencerahkan itu dakwah yang memberikan pencerahkan kepada umat dari semua lapisan masyarakat,” tuturnya.
Dakwah UBN dan Kiyai Shobri Tidak Menyejukkan?
Ahad (5/11) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut telah melayangkan Surat Keberatan Kehadiran Ustadz Bachtiar Nasir dan KH. Ahmad Shabri Lubis kepada Ketua DKM Masjid Agung.
PCNU Kabupaten Garut mengklaim bahwa keberatan tersebut didasari atas masukan warga NU Kabupaten Garut. Menanggapi hal itu, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengatakan, perlu adanya dialog.
“Jangan ngotot-ngototan, masa enggak bisa dialog? Apa yang mau dicari?” ujar Amirsyah.
Menurutnya, menyikapi permasalahan dengan emosi adalah watak politik dan kekuasaan.
“Kalau soal politik dan kekuasaan itu memang wataknya seperti itu,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dakwah itu mencerahkan, mencerdaskan, merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek. “Ini bukan politik ini adalah dakwah.” Pungkasnya. [DP]