RIYADH, (Panjimas.com) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Selasa (07/11) lalu menemui Raja Salman bin Abdul Aziz di ibukota Riyadh, seperti dilansir kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Menurut WAFA, kedua pemimpin tersebut membahas hubungan Palestina-Saudi, serta berbagai kejadian baru-baru ini di kawasan Timur Tengah dan proses juga rekonsiliasi nasional Palestina yang sedang berlangsung.
Abbas juga dilaporkan memberikan penjelasan kepada Raja Salman mengenai usaha-usaha A.S. untuk menghidupkan kembali perundingan damai antara Palestina-Israel yang terhenti sebelumnya.
Mahmoud Abbas berterima kasih kepada Arab Saudi atas dukungannya yang telah berlangsung lama untuk kepentingan Palestina.
Dalam kunjungannya ke Riyadh, Presiden Abbas didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi Palestina, termasuk Menteri Luar Negeri Riyad al-Maliki dan Kepala Keamanan Majid Faraj.
Kunjungan Presiden Palestina ke Arab Saudi dilaksanakan setelah kunjungan Abbas sebelumnya ke Kairo.
Pada bulan Oktober, Hamas dan Fatah – dua faksi politik utama Palestina – menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi penting di Kairo yang bertujuan untuk mengakhiri 10 tahun perselisihan.
Proses rekonsiliasi menyerahkan 3 sumbu: 1) administrasi Tepi Barat dan Gaza melalui pemerintah persatuan nasional yang berasal dari pemilihan parlemen dan presiden; 2) sebuah re-organisasi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO); dan 3) pengembangan PLO untuk memungkinkan partisipasi semua rakyat Palestina.
Kedua faksi tersebut, dikabarkan juga telah sepakat untuk mengizinkan sebuah Komite Hukum dan Administratif, yang dibuat sebelumnya di Ramallah, untuk menemukan solusi atas masalah-masalah lama – yang sebagian besar terkait dengan kekurangan gaji – yang dihadapi oleh para pegawai sipil Gaza yang disewa Hamas.
Pemerintah Ramallah, selanjutnya, telah berjanji untuk membayar semua gaji yang dibebankan kepada para pegawai negeri sipil Gaza.
Dan pada 1 Desember, pejabat Hamas dan Fatah akan bertemu lagi di Kairo untuk menilai pelaksanaan kesepakatan tersebut.
2 pekan sebelum sebelum pertemuan tersebut, pertemuan lainnya akan diadakan pada 14 November di Kairo antara perwakilan semua faksi Palestina untuk membahas “mekanisme” untuk melaksanakan kesepakatan rekonsiliasi.
Tepi Barat dan Jalur Gaza telah terbagi secara politis dan administratif sejak tahun 2007, ketika Hamas merebut kendali wilayah Jalur Gaza dari Fatah setelah beberapa hari pertempuran jalanan, pasca kemenagan dalam pemilihan umum.
Kendali Hamas terhadap Gaza pada tahun 2007 mengakhiri pemerintahan persatuan sebelumnya – pemerintahan yang berumur pendek, didirikan setelah Hamas men menyapu bersih suara dalam pemilu legislatif Palestina 2006.[IZ]