YERUSALEM, (Panjimas.com) – Sedikitnya 6 pejuang Palestina dibantai Senin (30/10) awal pekan lalu, setelah Israel menghancurkan sebuah terowongan lintas perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza ke wilayah Israel, demikian menurut Kementerian Kesehatan Palestina saat memberikan konfirmasi.
9 pejuang lainnya terluka, jelas Kemenkes Palestina tersebut dalam pernyataannya, mengutip laporan AA.
Jumlah korban tewas dapat meningkat lebih jauh saat petugas penyelamat membersihkan daerah tersebut di Distrik Deir al-Balah di bagian Selatan kota Gaza.
Militer Israel, pada bagiannya, mengkonfirmasi dalam pernyataannya bahwa pihaknya telah menghancurkan terowongan tersebut, yang, oleh mereka, dianggap merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara Yahudi tersebut.
Militer Israel melanjutkan pihaknya menuding Hamas – yang telah mengendalikan Jalur Gaza sejak 2007 – sebagai pihak yang bertanggung jawab atas apa yang digambarkannya sebagai “aktivitas permusuhan”.
Insiden tersebut terjadi hanya beberapa hari sebelum Hamas diperkirakan akan menyerahkan kontrol perbatasan Gaza ke Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Ramallah.
Serah terima kendali atas Jalur Gaza yang diantisipasi itu datang sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengakhiri perselisihan politik selama satu dekade antara Hamas dan rivalnya Fatah, yang menjalankan PA.
Sebuah titik kunci dalam pembicaraan rekonsiliasi yang sedang berlangsung antara kedua faksi adalah apakah Hamas akan membubarkan sayap militernya yang tangguh yakni Brigade Izzudin Al-Qassam – sebuah tuntutan yang telah diartikulasikan oleh AS dan Israel.
Dalam pidato yang disampaikan di Kota Gaza, Haniyeh menekankan bahwa Hamas telah menyerahkan tanggung jawab atas perbatasan kota pesisir tersebut “tanpa tawar menawar atau menetapkan syarat apapun”.
PA yang berbasis di Ramallah pada hari Rabu (01/11) mengambil alih kendali penyeberangan perbatasan Jalur Gaza sebagai bagian dari kesepakatan rekonsiliasi 12 Oktober yang ditandatangani di Kairo antara Hamas dan Fatah.
“Rekonsiliasi bukan hanya tentang hubungan antara Fatah dan Hamas, tapi antara semua faksi politik Palestina – Islam dan nasionalis – dan semua segmen masyarakat Palestina,” pungkasnya, dikutip dari Anadolu.
Proses rekonsiliasi, ujar Haniyeh menegaskan, menyerahkan 3 sumbu: 1) administrasi Tepi Barat dan Gaza melalui pemerintah persatuan nasional yang berasal dari pemilihan parlemen dan presiden; 2) sebuah re-organisasi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO); dan 3) pengembangan PLO untuk memungkinkan partisipasi semua rakyat Palestina.[IZ]