JAKARTA, (Panjimas.com) – Waktu yang begitu lama, cukup menjadi dasar rasional bagi Presiden, Joko Widodo untuk menangkap adanya keganjilan dalam penanganan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
“Bukan sekedar alasan teknis penyidikan seperti yang disampaikan pihak kepolisian, bahkan sampai Kapolri Tito Karnivian menyatakan kasus Novel lebih sulit dibandingkan Kasus Bom Bali, bahkan Kadi Humas menyebutkan kasus ini bisa dituntaskan bertahun-tahun.” Ujar Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Jumat, (3/11).
Agaknya, Presiden perlu mendengarkan masukkan, data dan fakta yang ditemukan oleh kelompok masyarakat sipil terkait kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan ini.
“Kami Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan kelompok masyarakat sipil lainnya, termasuk para tokoh mantan komisioner KPK siap menyampaikan data dan fakta temuan-temuan kami kepada Presiden Joko Widodo, untuk mendapat gambaran rinci apa sesungguhnya dibalik kasus ini. Sehingga Presiden Joko Widodo tidak memperoleh informasi hanya dari satu pihak yakni Kapolri.
Jangan lupa, masyarakat sipil juga telah bekerja mengumpulkan banyak fakta dan data terkait kasus ini. Jadi, kami berharap Presiden Joko Widodo mau membuka diri menerima masukkan dan keterangan fakta dan data dari masyarakat sipil. [RN]