YERUSALEM, (Panjimas.com) – Menteri Pertahanan Publik Israel, Gilad Erdan memutuskan untuk membentuk pasukan khusus polisi yang beranggotakan 200 orang di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, demikian menurut media Israel.
“The Temple Mount Unit akan dilengkapi dengan teknologi canggih dan akan mengumpulkan informasi intelijen untuk melindungi pengunjung di tempat suci,” pungkas Erdan seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
“Unit ini akan mencakup sekitar 200 polisi, dimana 100 orang akan direkrut secara khusus ke Kepolisian, tahun depan,” imbuhnya.
Menteri Pertahanan Publik Israel juga mengatakan rencananya datang “sebagai hasil kesimpulan” menyusul insiden baku tembak di kompleks Al-Aqsa pada bulan Juni di mana 2 polisi Israel terbunuh.
3 warga Palestina juga dilaporkan tewas dalam baku tembak tersebut.
Setelah serangan itu, Israel menerapkan kebijakan detektor logam di gerbang Al-Aqsa, sehingga memicu aksi demonstrasi massal Palestina selama 2 pekan, yang pada akhirnya memaksa pemerintah Israel melepas detektor logam.
Sejak Oktober 2015, lebih dari 300 warga Palestina terbunuh dalam kekerasan Israel-Palestina, menurut perhitungan resmi Palestina. Pihak berwenang Israel mengatakan setidaknya 55 orang Israel telah tewas dalam periode yang sama.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian mencaplok kota Yerusalem pada tahun 1980, mengklaim bahwa seluruh Yerusalem sebagai ibukota “abadi” negara Yahudi, namun langkah itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]