RAMALLAH, (Panjimas.com) – Menjelang peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour pekan ini, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah pada hari Ahad (29/10) lalu menuntut Inggris, meminta maaf atas Deklarasi Balfour yang menjanjikan berdirinya negara Yahudi di tanah rakyat Palestina yang bersejarah.
Rami Hamdallah mengatakan deklarasi Balfour, yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour ketika Palestina adalah sebuah protektorat Inggris, telah menjadi “ketidakadilan sejarah” terhadap rakyat Palestina, dikutip dari World Bulletin.
PM Palestina itu juga menegaskan bahwa Inggris seharusnya tidak merayakan deklarasi tersebut, hal ini mengacu pada acara resepsi makan malam di London yang akan dihadiri oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk memperingati betapa pentingnya Deklarasi Balfour dalam pembentukan negara Israel pada tahun 1948.
“Perayaan tersebut merupakan tantangan bagi opini publik internasional, yang mendukung kepentingan nasional kami,” pungkas Rami Hamdallah, yang berbicara pada pembukaan sekolah publik baru di kota Nablus, wilayah Tepi Barat.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan anggota kabinetnya, sebelumnya mengklaim bahwa pihaknya siap untuk menuntut pemerintah Inggris atas deklarasi Balfour, dengan alasan bahwa hal tersebut menyebabkan perpindahan 700.000 penduduk Palestina pada tahun 1948, meskipun pemerintahan Abbas belum melakukan langkah nyata mengenai hal itu.[IZ]