SOLO (Panjimas.com) – Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Fahmi Salim menganggap keliru orang yang serampangan menuduh Wahabi. Hal itu dia katakan disela dauroh bersama Aliansi Nasional Anti Syiah di Hotel Aziza, Pasar Kliwon, Solo.
“Wahabi bukan untuk memecah belah umat, bagi saya keliru kalau ingin konsisten kembali ke Quran Sunah, bergerak dibidang politik, atau bahkan khilafah, kemudian semua dipukulkan kedalam satu keranjang yang namanya wahabi,” katanya, Ahad (29/10/2017).
Menurutnya Wahabi memang ada, tetapi tidak bisa secara serampangan memperingatkan umat dari kesalahan individu atau kelompok dan membantah kesalahan tersebut (mentahdzir). Kata dia, tiga kelompok yakni Syiah, Liberal dan Komunis berkepentingan menghembuskan isu Wahabi.
“Isu Wahabi ini terus dikipasi oleh kelompok Syiah dan kelompok liberal untuk mendiskriditkan ajaran yang menunjukkan kebangkitan umat Islam. Nah Liberal dan Syiah ikut berkepentingan, bisa juga komunis itu manas-manasi,” paparnya.
Ustadz Salim menerangkan bahwa sejarah pernah mengulas isu Wahabi ketika Sukarno mengesahkan Nasakom. Untuk itu, dia mengingatkan sejarah sudah ada, jangan sampai terulang.
“Dulu ada ketika Nasakom disahkan Presiden Sukarno, Liberal, Sekuler dan Komunis tetapi Syiah belum ada. Itu membesarkan isu Wahabi untuk menyerang Masyumi, menyerang kelompok yang anti Nasakom yaitu umat Islam. Sejarah sudah ada jangan terulang kembali,” pungkasnya. [SY]