JAKARTA (Panjimas.com) – Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT), tengah berupaya mengurus perizinan dan persiapan pembangunan hunian para pengungsi Rohingya, terutama di kamp pengungsian Distrik Cox’s Bazar, Chittagong, Bangladesh.
iSeperti diketahui, rbuan pengungsi Rohingya yang lari ke Bangladesh kian hari makin bertambah. Sementara, kebutuhan tempat tinggal untuk menampung keberadaan mereka sangat terbatas.
“Tim ACT di Distrik Cox’s Bazar menyiapkan dengan matang segala urusan izin, desain, dan rencana pembangunan hunian sementara untuk keluarga Rohingya,” kata Direktur Global Humanity Response (GHR) – ACT, Bambang Triyono, Ahad (29/10/2017).
Menurut Bambang, kerja kerasnya mengurus izin untuk pembangunan kamp pengungsian pun berbuah manis. pada akhir Oktober kemarin, perizinan sudah didapat, lokasi pembangunan pun sudah disiapkan.
Pada pekan pertama November 2017, ACT akan memulai pembangunan awal 1000 hunian sementara untuk para pengungsi Rohingya. “Shelter yang akan kami buat dengan material bambu. Lebih baik, lebih kuat bahannya. Izin alhamdulillah sudah kami dapatkan beberapa hari lalu. Saat ini hanya tinggal menunggu eksekusi pembangunannya. Total 1000 shelter nanti akan menempati area sekitar 4.000 m2,” papar Bambang.
Lokasi pembangunan hunian sementara berada di tengah kepadatan Kamp Pengungsian Kutupalong, kamp yang menampung jumlah pengungsi Rohingya terbesar di Distrik Cox’s Bazar. Dari statistik terbaru yang dirilis per 26 Oktober kemarin, ada lebih dari 425.500 pengungsi Rohingya yang menyesak di kamp ini.
Bambang memaparkan, dari 1.000 shelter atau hunian sementara yang dibuat, akan terdiri dari beberapa set. Setiap set terdiri dari 12 pintu. Jadi, total akan ada 84 set unit shelter.
“Pembangunannya akan dilakukan bertahap. Sekitar 12 atau 24 unit dalam satu atau dua set akan kita bangun dengan memindahkan terlebih dahulu 25 keluarga dari 25 tenda. Setelah shelter jadi, mereka baru akan dipindahkan kembali ke shelter yang baru,” ujar Bambang. (des)